REUNITED WORLD/C3 Perlakuan Kasar
+ Add to Library
REUNITED WORLD/C3 Perlakuan Kasar
+ Add to Library

C3 Perlakuan Kasar

"Alga!!!! Kenapa lo belain cewek miskin itu sih!!!" bentak Sherry tak terima. Menurutnya, apa sih yang bagusnya Aletta. Cewek miskin yang tidak memiliki apa-apa.

Algara menyusul Aletta yang sudah jauh dari kantin, cowok itu memperlambat langkah kakinya. Mendengar isakkan tangis dari Aletta, membuatnya ingin memberi sebuah pelukan dan menenangkan gadis itu.

Kenapa dengan Algara? Heran, dengan sikapnya sendiri. Ia rasa Aletta telah membuatnya jatuh hati. Mungkin, Aletta butuh sendiri. Sudahlah, Algara juga sadar diri kalau bukan siapa-siapanya Aletta.

Aletta menelusuri kooridor untuk menuju kelasnya. Namun, di sana Aletta berhenti sejenak, menangis dengan penuh kesedihan yang ia terima. Memuaskan tangisannya agar tidak terdengar oleh siapapun. Gadis itu bersandar sembari memeluk lututnya. Jika ia masih memiliki Ayah, mungkin Aletta tidak akan mengalami hal seperti ini.

"Kenapa sih, aku. Apa karna aku orang miskin? Hiksss." Aletta menangis di sana, ingin masuk kedalam kelas namun bajunya sudah basah dan kotor ulah Sherry tadi.

"Ayah, aku merindukan ayah. Ayah ku mohon kembali lahhh.. Ayah." gumam Aletta sembari terisak tangisnya. Betapa ia menginginkan Ayahnya kembali, tapi semua itu mustahil. Ayah yang menyayangi dan mencintainya sudah pergi ke alam yang berbeda. Tak akan pernah kembali lagi untuk selamanya. Aletta dan ibu harus berjuang sendiri sekarang. Aletta lemah, Aletta tidak boleh sepert ini!

Tiba-tiba Algara yang sudah berada di depan Aletta. Mendengar tangisan keluh kesahnya. Betapa menyedihkannya gadis ini, Algara tanpa ragu menepuk pundak gadis itu. Aletta mengangkat kepalanya menatap ke arah cowok itu.

"Aku nggak papa kok," ujar Aletta, seraya menghapus air matanya. Karena Aletta begitu malu pada Algara, ia pun pergi sembari berlari, entah kemana tujuannya. Sampai Algara kehilangan jejak. Algara berfikir akan membantu Aletta untuk membalaskan semuanya ke mereka. Namun, apa mungkin Aletta mau melakukan itu?

Tidak malu melihat seseorang yang ia suka saat ini terluka karena pembullyan yang memalukan. Bisa-bisa Aletta terus-terussan ditindas oleh orang seperti Sherry.

****

Aletta berlari menaiki tangga, menghapus air mata yang membasahi pipinya. Terlalu banyak membuatnya lemas, bahkan pusing. Ketika Aletta sampai di lantai dua, ia bertemu dengan Arlan yang memandanginya begitu tajam.

"Arlan?" panggil Aletta saat berhadapan dengan Arlan di kooridor lantai atas. Ia seperti orang tertangkap basah. Iya, Aletta merasa matanya membengkak karena menangis.

"Kenapa lari-lari, Al? Baju lo kenapa?" tanya Arlan begitu khawatir. "Lo abis nangis? Bilang sama gue, ada apa Al?" Arlan tak mampu menahan kecemasannya sekarang.

"Aku nggakpapa kok, kita ke kelas aja yuk." Aletta tak mau membuat Arlan semakin cemas, gadis itu pun menggandeng lengan Aletta mengajak cowok itu ke kelas.

"Serius nggakpapa, terus baju lo gimana? "

"Nggak basah banget kok, nanti juga kering."

Arlan memang tidak percaya kalau Aletta baik-baik saja, tapi gadis itu berusaha membuatnya yakin. Aletta benar-benar gadis tangguh, Arlan semakin menyukainya. Salahkan Arlan yang mencintai sahabatnya sendiri. Jika Aletta tahu, pasti dia akan marah.

*****

Di pagi hari yang cerah ini ia sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Ia berlari menuju halte bus, ketika sampai di sana ada Algara sedang menunggu bus. Apa mungkin ini hanya kelakuan nyeleneh Algara agar bisa berangkat dengan Aletta. Padahal cowok itu memiliki mobil dan segudang motor. Aletta terkekeh. Kenapa sih cowok ini selalu mendekatinya?

Aletta pun menghampiri Algara yang masih berdiri. Menyadari Aletta datang, Algara langsung menoleh dan menerbitkan senyumannya memperlihatkan gigi ginsulnya. Aletta juga ikut tersenyum. Akhirnya mereka duduk untuk menunggu bus datang. Algara bercerita tentang dirinya, kejadian lucu, bahkan Algara bercerita kenapa ia sebandel dan senakal seperti sekarang ini. Tapi, itu memang sudah dari kecil. Aletta pun bisa tertawa bahkan beban yang selama ini ia terima semua seperti ringan.

Algara menatap gadis itu yang sedang tertawa, betapa bahagianya. Rasanya lega melihat sosok gadis yang kemarin tak mau menunjukkan wajah sedih padanya. Mencoba akrab dengan Aletta tak begitu sulit bagi Algara. Tapi, kalau soal perasaan Algara tak yakin. Pasti Aletta menolaknya. Inscure duluan

Sesampainya di sekolah, Aletta menghampiri sahabatnya yang menunggu di gerbang. Kenapa cowok itu menatap tajam padanya. "Hei, kenapa tajem banget natapnya." ujar Aletta

"Kamu berangkat sama Alga?" tanya Arlan,

"Iya, tapi naik bus kok. Nggak berduaan," jawab Aletta,

"Kenapa harus sama Alga sih, dia itu anak bandel dan terkenal berandal Aletta!" ujar Arlan memperingati Aletta agar lebih was-was dengan Algara. Aletta hanya menatapnya bingung, Arlan bersikap aneh. "Kamu cemburu?" canda Aletta lalu terkekeh.

Arlan tertegun, cowok itu menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Em, enggak. Bukan gitu, tapi memang Algara nakal dia itu reputasinya jelek." balas Arlan, mengatakan yang sejujurnya. Tapi, ini sama sekali tak digubris oleh Aletta.

"Arlan, gue tau kok Alga itu nakal, brandal, tapi dia nggak seburuk yang lo kira!" sentak Aletta tak menyukai perkataan Arlan.

"Maaf, tapi itu kenyataannya Al," balas Arlan lembut.

"Aku nggak suka kamu ngomong kayak gitu lagi, nggak baik Arlan melihat orang dari luarnya aja." jelas Aletta.

"Iya Aletta, nggak lagi-lagi deh." ujar Arlan,

Kemudian mengajak Aletta masuk ke dalam kelas, tapi karena Arlan adalah OSIS jadi ia harus berkumpul di ruangan pagi ini. Ia pun pergi meninggalkan Aletta sendiri.

Dan, Aletta mendapat lirikan sengit dari Sherry yang melewatinya, Aletta langsung menunduk. Ia pun melangkah pelan menuju kelas. Sebenarnya ia berani untuk melawan Sherry dan menghajar gadis itu. Jago bela diri, tapi haruskah Aletta melakukan itu?

Baru masuk ke dalam kelas, Sherry menghampirinya lalu menjambak rambutnya. "Heh, cewek kampung! Gue peringatin ya sama lo. Jauhi Arlan dan jauhi Algara! Lo sadar diri nggak sih? Cih, sok kecakepan banget lo ya!" Kata Sherry begitu sadis, cengkraman tangan di rambut Aletta sangat erat.

"Kalian kenapa sih?" tanya Aletta begitu lirih,

"Kenapa-kenapa? Bacot lo!" Sherry semakin jadi.

Semua siswa di kelas, tak ada yang membelanya. Aletta benar-benar kadi bahan tontonan mereka semua. Ketika bel berbunyi, Sherry menghempaskan Aletta sampai tersungkur. Gadis itu pun langsung pergi keluar kelas. Kelakuannya sudah membuat Aletta meringis kesakitan, Arlan tadi sedang rapat di ruang osis. Jadi, tak bisa membela Aletta. Hiks, susah ya jadi orang miskin.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height