Sahabatku Kekasihku/C4 Ciuman Pertama
+ Add to Library
Sahabatku Kekasihku/C4 Ciuman Pertama
+ Add to Library

C4 Ciuman Pertama

Setelah kejadian itu keadaan di antara Adam dan Eve seperti ada perubahan. Eve sering menggelayut manja pada Adam, dan memperlakukan Adam seperti kekasih daripada seperti seorang sahabat. Dia tidak malu-malu menggandeng tangan jika mereka sedang berdua. Eve tak sabar menunggu pernyataan cinta Adam. Dia yakin Adam menyukainya seperti seorang wanita bukan lagi sebagai sahabat. Namun lama menunggu cowok itu tidak juga menyatakan cintanya. Eve mulai frustrasi dan mulai menggunakan segala cara agar Adam berbicara.

Awalnya dia mencoba membuat Adam cemburu, dia bercerita tentang Andrew yang, menghubunginya lagi, Eve tidak berbohong. Cowok tidak tahu malu itu memang menghubunginya lagi. Dia ingin kembali bersama Eve, katanya dia sudah memutuskan hubungan dengan pacarnya, dan sangat merindukan Eve.

Eve yang dulu mungkin akan segera kembali, namun Eve yang sekarang sudah berubah. Dia menolak mentah-mentah segala rayuan cowok itu. Tapi Adam kan tidak tahu, dia menggunakan chat Andrew untuk memanasi Adam. Namun reaksi Adam sungguh mengecewakan. Awalnya dia mengatakan Eve jangan bodoh, sekali selingkuh pasti akan kembali selingkuh, tapi saat Eve bersikeras. Cowok itu dengan tenangnya menyuruhnya kembali.

Eve menjadi sangat kesal dengan sikap Adam yang terlalu pasrah. Hari itu dia berusaha bersikap menyebalkan di hadapan Adam. Mereka sedang janjian di Mall, karena Eve memaksa Adam untuk menemaninya membeli jaket. Cowok itu terlihat ogah-ogahan saat Eve menghampirinya ke kosan.

“Gue harus belajar,” ujar Adam beralasan.

“Belajar apa sh, kita sudah lulus, lo tu aneh, tau nggak sih?”

“Biar,” jawab Adam asal.

“Nggak mau tahu, pokoknya hari ini lo harus temenin gw ke mall, kalo ngga mau… berati hubungan kita hanya sampai disini saja,” ancam Eve sambil melotot. Jarinya menunjuk ke wajah Adam. Cowok itu tertawa pelan. Lalu menggenggam jari Eve dan menurunkannya. Dia sedikit mencondongkan badannya ke depan agar wajah mereka sejajar.

“Kamu yakin bisa pisah denganku?” Adam menatapnya dengan mata hitamnya itu. Eve segera terkesiap dan merasakan bulu halus di tubuhnya berdiri. Cowok di hadapannya kadang bisa berubah total, seperti saat ini, dia sangat berbeda dengan Adam yang biasanya. Merasa Eve tidak dapat menjawab, cowok itu mendengus dan masuk ke dalam kosannya. Eve seperti biasa langsung ikut masuk dalam kosan.

Adam tanpa menyadari Eve ikut masuk segera membuka kaosnya yang belubang dan mengganti dengan kaos yang lebih kurang kumalnya. Tapi perhatian Eve tidak kearah kaos itu, perhatiannya kepada apa yang ada di balik kaos Adam. Dia segera mendekat dan menyentuh perut berpahat Adam. Cowok itu segera melompat ke belakang.

“Eve!” ujarnya kaget. Gadis itu masih menatapnya dengan tatapan aneh.

“Sejak kapan perutmu seperti itu, biasanya perutmu coak ke dalam.” Adam mendengus malu, dia segera mengenakan kaosnya dan mendorong Eve keluar.

“Sudah kubilang, kamu jangan asal masuk dalam kosanku, nanti tetangga ngomong macem-macem.”

“Ngomong apa?” tanya Eve dengan polosnya. Adam menghela napas panjang dan mengunci pintu kosannya. Tanpa sadar Adam menggandeng Eve sampai ke pinggir jalan untuk menunggu angkutan umum.

“Ngomong apa? Tapi sejak kapan?” tanya Eve lagi.

“Kamu sadar nggak sih kalau kamu tuh cewek cantik, dan aku ini cowok, jadi nggak bisa kamu seenaknya masuk ke kamar cowok, kalau terjadi apa-apa bagaimana?” ujar Adam sewot.

“Apa-apa bagaimana?” tanya Eve semakin membuat Adam frustrasi.

“Ya apa-apa.”

“Apa-apa bagaimana?” ulang Eve keras kepala.

“Kalau aku menciummu bagaimana?” Eve terkesiap, bola mata keemasannya membulat dan menatap Adam. Gadis itu tidak bisa menjawab karena Adam segera masuk ke dalam angkutan umum sambil masih menggandengnya.

Di mall Adam melepaskan gandengan tangannya, walau setelah itu Eve kembali menggandengnya. Eve sibuk mencari jaket sedangkan Adam dengan sabar menemaninya. Pada akhirnya Eve tidak jadi membeli jaket yang dia inginkan karena harganya terlalu mahal. Dengan sedih dia mengembalikan jaket itu ke rak pajangan. Lalu Eve malah mengajak Adam makan. Tanpa sadar waktu sudah habis satu hari. Eve belum mau pulang, berbagai cara dia lakukan agar mereka terus menghabiskan waktu di mall itu. Namun, saat mall itu tutup mau tak mau mereka akhirnya pulang ke rumah.

Kali ini Eve merangkul lengan Adam dengan penuh rasa kepemilikan. Mereka berjalan pelan menyusuri lorong menuju rumah Eve. Namun, saat mereka sampai Eve belum mau melepaskan Adam. Ada rasa sesak yang menggumpal di tenggorokannya. Dia begitu ingin mengungkapkan perasaannya, Tetap Adam hanya diam saja. Sesampai di depan rumah, Adam segera melepaskan rangkulan tangan Eve. Hari sudah malam tapi mamanya Eve belum juga pulang.

Gadis itu mengundang Adam untuk menemaninya sebentar. Adam masuk ke rumah yang kosong dengan ragu. Ini sama saja seperti keadaan tadi di kosannya, hanya saja terbalik. Dia akhirnya hanya berdiri di depan pintu masuk tanpa berani masuk ke ruang tengah. Agak konyol sebenarnya, karena dulu dia dengan santai bahkan menginap di rumah Eve, sekamar berdua.

Tapi keadaan di antara mereka kini terasa berbeda, sikap Eve juga berbeda padanya. Dia lebih manja dan genit kepada Adam. Saat melihat Adam ragu untuk masuk ke ruang tengah, Eve segera menarik tangan cowok itu tapi saat Adam menahan dirinya, gadis itu mendongak untuk menatap Adam.

Pandangan mata mereka bertemu, dan sama seperti keadaan sehabis melihat hasil pengumuman universitas, waktu seakan berhenti. Eve maju dan masuk dalam pelukan Adam.

“Makasih ya dam, lo dah nemenin gue seharian. Gue seneng.” Adam menerima pelukan Eve dengan canggung tapi pelukan Eve terasa hangat sehingga Adam segera membalas pelukan Eve sambil mencium ujung kepalanya. Wangi. Gadis dihadapannya selalu wangi, wangi bunga kah? Dia mengendus-endus kepala Eve. Gadis itu tertawa.

“Kenapa? Kepalaku bau ya? Aneh padahal aku shampoan tadi pagi,” ujar Eve melepaskan pelukannya sambil menyentuh kepalanya.

“Bukan, nggak bau, hanya gue suka aja, wanginya enak,” ujar Adam jujur dengan suara tercekat. Pandangan mereka bertemu kembali. Jantung Eve berdebar kencang sekali. Jujur baru kali ini dia merasakan gugup seperti ini.

“Oh wangi ya,” ulang Eve malu-malu. Pipinya memerah tanpa dia sadari.

“Iya, wangi, dan kamu cantik sekali Eve,” puji Adam tanpa sadar membelai wajah Eve. Gadis itu merasa dadanya mau meledak karena luapan emosinya. Sebentar lagi...pasti sebentar lagi Cowok di hadapannya akan menyatakan perasaannya. Eve menatap Adam dengan penuh harap. Pria itu tidak melepaskan tangannya dari wajah Eve malah kini menangkupkan kedua tangannya ke wajah Eve dan mendekati wajahnya.

Bibir itu kembali menggodanya, bibir merah muda yang kini terbuka mengundangnya untuk merasakan manis. Adam mendesah dan tidak bisa lagi mengontrol perasaannya. Dia menunduk dan mengecup manis bibir Eve. Gadis itu tertegun tidak siap menerima ciuman Adam. Namun saat Adam memeluk tubuhnya dia segera menutup matanya. Dan menikmati Ciuman Adam. Bibir mereka menyatu dan seakan tidak bisa terlepas lagi. Adam memperdalam ciumannya dan Eve serasa mau melayang karena ciuman Adam yang ternyata sangat nikmat dibandingkan semua mantan pacarnya dulu.

Bibir merah itu menerimanya, Adam dengan cepat menguasai tubuh Eve yang kecil. Gadis itu direngkuhnya dan dia melumat habis bibir itu. Ini adalah ciuman pertamanya dan dia sangat bersyukur ciuman itu adalah bersama Eve. “Tunggu… ciuman pertama?” pikiran Adam tiba-tiba menguasainya. Dia segera melepaskan ciumannya. Eve terkejut dan menatapnya bingung.

“Ada apa Dam?” tanya Eve kaget, dia masih ingin melayang bersamanya.

“Kita sahabatkan?” Eve segera mengangguk karena ingin cepat kembali berciuman dengan Adam.

“Sahabat tidak seperti ini,”ujar Adam lagi. Cowok itu tiba-tiba pergi meninggalkan Eve yang tidak mengerti.

“Adam...adam!” panggilnya tapi saat dia keluar Dia malah bertemu mamanya. Adam sedang berbincang singkat dengan mamanya. Dia kembali menjadi Adam sahabatnya. Bukan cowok yang menciumnya dengan panas tadi.

“Oke Eve, sampai ketemu besok ya.”

“Eh...Dam tunggu aku mau bicara,” panggil Eve. Mereka jelas harus bicara. Tapi Adam menggeleng dan melambai. Cowok itu malah berlari meninggalkannya.

“Dia ada urusan katanya. Dia harus pergi.” Mama menjelaskan sambil melepas sepatunya.

“Kamu sudah makan Eve?” Tapi Eve hanya bisa memperhatikan Adam yang berlari cepat menuju kosannya dengan sedih.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height