Sahabatku Kekasihku/C7 Teman Baru
+ Add to Library
Sahabatku Kekasihku/C7 Teman Baru
+ Add to Library

C7 Teman Baru

Jalannya hari ini cukup aneh, karena adanya Karen di samping Adam. Wanita itu sangat ceria dan mengomentari semua yang ada dipikirannya. Setelah sampai di kosan kembali. Adam baru merasa betapa sunyinya hidupnya selama ini.

Setelah membersihkan diri, Adam menatap teleponnya dan teringat pada Eve disana, “Apakah dia juga sudah mendapatkan teman? Apakah dia sudah kembali diajak berbicara seperti dahulu kala, atau masih akan ada kecanggungan di antara kami?” pikir Adam dalam hati. Pria itu tahu kalau tidak dihubungi duluan, makan Eve tidak akan mau berbicara. Maka bermodalkan pulsa yang tinggal sedikit, Adam menekan no 1, nomor telepon Eve.

“Bagaimana hari ini?” tanya Adam kepada Eve. Setelah lama berdering akhirnya wanita itu mengangkat telepon Adam. Eve baru selesai mandi, dan sedang mengeringkan rambutnya yang basah.

“Umm, biasa aja, hari ini Denpasar panas sekali, gue basah sama keringat.” jawab Eve sembari meletakkan handuk di gantungannya.jawabannya singkat dan hanya menjawab yang ditanya.Adam masih merasakan amarah di dalam suara Eve.

“Kuliah bagaimana?” tanya Adam setelah ada keheningan yang membuat canggung. “Ah Adam selalu membicarakan pelajaran,” pikir Eve bosan.

“Yah biasalah…” jawab Eve malas-malasan. Adam menyadari kalau Eve seperti enggan berbicara padanya. Karena sudah hafal dengan kelakuan sahabatnya yang seperti ini, “biasanya ada,-” pikiran Adam terputus karena Eve langsung bercerita dengan semangat.

“Eh tau ga, ada cowok sekelas gw, guanteng bangeeet kek artis Korea!” seru Eve mengganti bahan pembicaraan. Sebenarnya Eve biasa saja, hanya saja dia mau tahu bagaimana reaksinya kalau Eve menunjukkan kalau dia sudah move on darinya? “Apakah dia akan bereaksi yang berbeda?” harap Eve dalam hati.

Adam menghela napas karena lagi-lagi tebakannya benar. Pasti wanita itu memiliki incaran baru. Sepertinya aku yang berlebihan kemarin. Kami tidak ada apa-apanya. Mungkin ciuman itu memang hanya terbawa suasana, dan Eve sudah melupakan semuanya itu.

“Gw sekelas sama dia di kelas pengantar mikro, dia duduk di depan gw, aduh ganteng banget, sepertinya cewek-cewek satu kelas langsung cari perhatian sama dia!” lanjut Eve lagi bersemangat. Wanita itu jelas melebih-lebihkan, tapi dia masih berusaha memancing reaksi Adam.

“Oh…” jawabku menanggapi. Eve mendengus karena balasan Adam yang tak bersemangat. “Hmph! kalau tidak mau ngomong buat apa telepon?” pikir Eve kesal.

“Eh tau ga, ternyata gw sekelas lagi abis itu di kelas pengantar bisnis, mantap kan?” tanya Eve masih mencoba memancing reaksi Adam, tapi hal itu malah memperkuat keyakinan Adam kalau Eve sudah melupakan kecanggungan mereka di bandara tempo hari.

Adam menghela napas panjang, memang mereka tidak pernah membicarakan tentang hubungan mereka yang tidak jelas ini. Dan walaupin memang Adam yang menahan dirinya sendiri, tapi ketika mendengar Eve membicarakan orang lain dengannya, hati Adam tetap terasa pedih.

“Tapi gimana ya caranya biar dia bisa melihat gue?” lanjut Eve karena Adam hanya bisa diam.

“Nanti kalau lo senyum sama dia, pasti dia juga ngeliat lo.” jawab Adam sambil membayangkan senyum Eve yang cantik, bibirnya yang merah muda dan lembut seperti waktu Adam mengecupnya,-

Khayalan Adam terputus karena Eve segera mengomel dengan kesal. “Sembarangan, klo gue senyum-senyum sendiri ntar dia kira gue gila!” dengusnya langsung dengan kesal.

“Kalo lo gimana di depok?” tanya Eve penasaran, Walau bertanya, Eve sebenarnya sudah tahu, Adam pasti belajar terus, pria itu selalu begitu.

Tapi Adam malah teringat pada karen, gadis yang berambut pendek tadi, yang merangkul adam dengan seenaknya sepanjang hari tadi.

“Depok sama panasnya.” jawab Adam singkat setelah beberapa lama. Dia mencoba mengalihkan pikirannya dari Karen. Eve menjadi semakin kesal. “Ada apa dengannya mengapa dia seperti tidak mau berbicara denganku?” pikirnya dalam hati

“Oh panas ya, yah, emang lagi musim panas sih kita.” balas Eve lagi mulai bosan. “Tapi jangan-jangan dia ada kenalan cewek baru?” pikir Eve lagi dengan panik. Adam walau kurus tapi sangat tampan, pasti dia banyak yang mengincar di sana.

“Kalau kenalan… gimana?” tanya Eve lagi pelan-pelan.

Entah kenapa Adam merasa dia harus berbohong, perasaannya tidak enak jika harus menceritakan tentang Karen tadi.

“Oh… yah kenal gitu aja teman sekelas kan ganti-ganti.” jawab Adam semakin tidak enak karena harus berbohong lagi. Eve membayangkan sahabatnya di sana. Adam dari dulu lebih berkesan penyendiri, misterius karenanya banyak dari teman-teman Eve yang menyukainya.

“Oh temannya ganti-ganti ya, gue sih sekelas sama Robby ada beberapa kelas, gw gemes deh cari akal biar gue bisa ngobrol sama dia.” ucap Eve mencoba kembali mengingatkan Adam tentang incaran barunya itu, siapa tahu pria itu bereaksi lain.

“Lo di Bali dah jalan-jalan ke pantai belum?” tanya Adam malas membicarakan Robby. Eve kesal karena Adam malah mengalihkan pembicaraan lagi, padahal dia mau tahu, apakah pria itu cemburu atau tidak jika dia mulai mendekati pria lain, tapi sepertinya Eve harus menyerah, dan mengakui kalau Adam tidak peduli.

“Wah, kemarin gw sama temen kosan gue, eh gue ada temen kosan loh, dia dari Medan, namanya Melinda, gw sama Melinda main ke Kuta, waaaah emang cantik banget pantai nya, banyak bule juga, lagi berjemur gitu pake bikini!” Dia menceritakan kegiatannya dengan seru.

“Lo ga usah pake bikini ya!” seru Adam memarahi Eve tiba-tiba saja tanpa sempat dia tahan. Ada rasa aneh di dadanya membayangkan Eve memakai bikini dan dilihat oleh orang banyak.

“Loh emangnya kenapa, disini hampir semua pake bikini, Melinda aja mau beli!” jawab Eve teringat akan ajakan Melinda untuk mencari bikini besok.

Adam lalu teringat akan kebiasaan Eve yang selalu melakukan kebalikan dari apa yang dia bicarakan.

“Oh ya...ga apa-apa sih kalau mau beli, tapi pas pakai jangan malu ya?” balas Adam sengaja membuat Eve penasaran.

“Kenapa emangnya, kenapa gue harus malu?” tanyanya Eve benar menjadi penasaran. Adam tertawa dalam hati mendengar pertanyaannya.

"Yah… kan lo rata depan belakang, jadi ya gitu deh…” jawab Adam asal.

“HAAH!!!!!” jeritnya marah, Adam harus menjauhkan telinganya dari handphone karena teriakannya yang kencang. Wanita itu segera berdiri dan menuju cermin sambi mematut dirinya. “Yang benar saja, jadi selama ini Adam menganggapku rata?” tanya Eve kecewa dalam hati.

“Enak aja kalau ngomong!” lanjut Eve mencoba membela diri. Tapi lalu diam. “Apakah itu yang selamanya dia lihat? Karena aku tidak terlihat seperti seorang wanita di hadapannya?” tanya Eve dalam hati yang terasa semakin sakit saat memikirkannya. “Lalu bagaimana dengan ciuman kami waktu itu?” tanya Eve sedih dalam hatinya.

“Emang gw rata banget ya?” tanyanya lagi. Adam membayangkan Eve yang pasti sedang meraba-raba dadanya seperti mengukur-ukur badannya dengan polosnya tepat seperti yang sedang dilakukan Eve sekarang dia mengukur dadanya “Setelapak tanganku, bahkan lebih,” dengusnya dalam hati dengan kesal.

“Engga kok, dadaku bagus!” ujarnya tegas, tapi Adam tahu wanita itu masih ragu. Eve masih memperhatikan bayangannya di cermin, bahkan sepertinya dadanya malah lebih besar daripada Melinda.

Badan Eve sebenarnya bagus, perutnya rata dan dia memiliki dada dan bagian bokong yang pas, Adam sebagai pria mengakuinya, tapi kali ini dia tidak rela jika wanita itu dilihat oleh orang lain. “Maafkan aku Eve, karena aku kembali berbohong lagi”.ucap Adam dalam hati.

“Ah sebel deh, besok padahal Melinda ajakin aku beli bikini, kalau gitu aku beli baju renang yang biasa aja deh!” lanjutnya dengan karena harus membatalkan rencananya kembaran dengan Melinda. Adam tersenyum karena rencananya berhasil.

Eve kesal, tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah menyadari kalau selama ini Adam tidak melihatnya sebagai perempuan, atau seorang wanita. “Dia menganggapku rata. Apakah aku kurang seksi, kurang cantik untuk standar Adam, seperti apa ya standar Adam?” Eve berpikir dan menyesal karena selama ini dia tidak pernah bertanya.

Tiba-tiba pintu kamarku diketuk, “Melinda kah?” tanya Eve dalam hati.

“Aku akan menelponmu lagi, ada yang mengetuk pintu kamarku,” jelas Eve. Adam mengiyakan lalu mematikan telepon begitu saja. Sambil mendengus kesal, Eve membuka pintu.

"Hai, Eve..." ucapnya saat Eve membuka pintu.

"Adrian? ngapain lo kesini?" tanya Eve kaget. Wajah pria itu berubah saat mendengar pertanyaan Eve, yang seperti tidak mengharapkan keberadaannya.

"Aku... hanya mau memberikan kamu ini." Dia tersenyum, lalu memberikan Eve setangkai bunga mawar. Eve menerima bunga itu dengan kening berkerut terkejut. Baru pertama kali ada pria yang memberikannya bunga, bahkan si brengs*k Andrew saja tidak pernah.

"Aku suka sama kamu Eve." Dia menatap sungguh-sungguh bola mata Eve yang membulat sempurna.

Report
Share
Comments
|
New chapter is coming soon
+ Add to Library

Write a Review

Write a Review
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height