+ Add to Library
+ Add to Library

C7 Secret

"Tak penting bagi hidupnya. Jika seperti itu, maka aku akan membuat diriku begitu penting untuk hidupmu, Xeena." Rex tersenyum yakin mengatakan itu semua. Seyakin langkahnya untuk mendekati Xeena lebih jauh.

***

Raiden menatap seluruh penjuru toko yang baru saja ia datangi. Berharap sosok Xeena berdiri disana dan tetap menunggunya. Namun semua hanyalah harapan kosong karena sampai detik ini, Raiden sama sekali tak melihat Xeena. Raiden berjalan menyusuri toko lain dan melihat teliti. Menajamkan pandangannya dan mengingat sosok Xeena yang telah datang bersamanya.

"Kemana dia pergi? Apa aku terlalu lama menyelesaikan urusanku?"

Raiden terus berjalan menyusuri toko-toko yang berjejer rapi. Tak memperdulikan sapaan para pegawai yang menunduk hormat saat melihatnya. Hingga sebuah suara asing menyapanya.

"Mr. Raiden,"

Raiden menoleh pada asal suara. Berpikir keras untuk mengingat wanita yang menyapanya. Hingga wanita itu mendekat dan tersenyum. Mengulurkan tangannya pada Raiden dan menunduk sesaat.

"Aradea Violette Chasiel. Masih tak ingat?" sapa Violette diantara senyumnya.

"Ah, ya keluarga Chasiel. Violette, akan kuingat," Raiden menjabat tangan Violette sesaat dan melepaskannya. Melirik pria yang berada disamping Violette.

"Dia," ucap Raiden menggantung.

"Ah, dia calon tunanganku," jawab Violette sambil menggandeng tangan pria di sampingnya.

Pria tersebut tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Raiden. "Alevardo Rover Valley,"

Raiden tersenyum dan menjabat tangan Alevardo. "Raiden Agera Calisto,"

Violette langsung menarik tangan Alevardo cepat agar jabatan tangan Alevardo lepas dari Raiden. Membuat Raiden heran dan tak mengerti sikap Violette.

"Apakah anda datang sendirian?" tanya Violette formal.

"Panggil saja Raiden, kurasa umur kita tak begitu jauh. Dan aku datang bersama tunanganku," jawab Raiden santai.

"Tunangan? Benarkah? Jadi kabar itu benar?" tanya Violette antusias.

Raiden mengangguk. "Tapi dia tengah jalan-jalan keliling Horrods. Dan kalian, apa yang sedang kalian cari?"

Alevardo tersenyum simpul. "Kami mencari cincin pertunangan kami,"

Raiden ikut tersenyum. "Apakah kalian telah menemukan yang cocok? Aku bisa membantu jika kalian mengalami kesulitan."

Violette menggeleng. "Kami sudah menemukannya. Dan kami cukup puas dengan semua model yang Horrods tawarkan,"

Raiden mengangguk senang. "Aku senang kalian puas dengan hal yang kalian dapatkan,"

"Dan ah, kami juga menyukai tampilan Horrods yang baru. Warna pastel dan soft pink sangat memanjakan mata. Mereka bilang karena anda, maaf maksudku Raiden," Violette menutup bibirnya sesaat dan melanjutkan kata-katanya. "... mereka bilang karena kau tengah jatuh cinta"

Raiden tertawa kecil. "Kurasa mereka benar karena kami akan segera menikah,"

Alevardo dan Violette membelalakan mata. "Benarkah?" ucap Violette dan Alevardo bersamaan.

Raiden mengangguk. "Aku berpikir tak ingin menundanya lagi karena aku tak ingin kehilangannya."

"Secepat itu?" tanya Violette lagi.

Raiden kembali mengangguk. "Aku akan mengundang kalian,"

"Kami menunggu undangan darimu, Raiden." Alevardo menggengam tangan Violette lembut agar Violette tak lagi bertanya.

"Tentu, dan aku harus menemui tunanganku. Terimakasih telah datang ke Horrods," Raiden tersenyum sesaat sebelum akhirnya meninggalkan Violette dan Alevardo.

Untuk sesaat Violette terkesima dengan senyum tipis Raiden. Namun saat mengingat kabar bahwa Raiden adalah seorang gay, Violette menjadi bergidik ngeri.

"Jutawan London," ucap Violette sangat lirih.

"Vio, kau baik-baik saja?" tanya Alevardo karena melihat Violette yang tiba-tiba bergidik tanpa sebab.

Violette menatap calon tunangannya. "Ya, aku baik-baik saja. Ayo kita pergi."

Alevardo mengangguk dan berjalan beriringan dengan Violette. Menggengam tangan Violette dan besikap lembut. Meski pertunangan mereka terjadi karena rencana dari keluarga, namun mereka mencoba bersikap saling dewasa. Semua demi perusahaan hingga mereka juga menyetujui untuk menikah.

Xeena terus melangkah dan mulai kebingungan. Mencari sosok Raiden diantara semua pelanggan Horrods sangatlah sulit. Mereka semua mengenakan pakaian mahal yang juga Raiden kenakan. Membuat Xeena sulit membedakan terlebih Xeena belum begitu mengenal Raiden secara baik.

Xeena mulai lelah dan memutuskan untuk menghampiri pagar besi pembatas ruangan. Menatap kelantai bawah pada orang-orang yang terlihat sibuk berlalu-lalang. Helaan napas Xeena terasa berat saat menyadari kehilangan Raiden di tempat sebesar Horrods. Akan butuh waktu sangat lama jika ia harus berkeliling Horrods untuk mencari Raiden.

"Xeena,"

Sebuah suara yang sangat Xeena kenal terdengar sangat dekat. Xeena membalikkan badan dan dihadapkan dengan sosok yang coba ia hindari.

"Vio," sapa Xeena pelan.

Violette berjalan lebih mendekat dan memandang Xeena dari atas hingga bawah. Membuat Xeena risih hingga mencubit pelan pinggang Violette.

"Aww," teriak Violette pelan.

Xeena tak memperdulikan teriakan Violette karena cukup fokus dengan pria asing yang datang bersama Violette. "Vio, dia siapa?" tanya Xeena hati-hati.

Violette menoleh pada arah pandang Xeena. Menarik Alevardo mendekat dan menggandeng tangan Alevardo. "Kenalkan, dia adalah orang yang selalu ingin kukenalkan padamu. Dia Alevardo Rover Valley, calon tunanganku," Violette beralih menatap Alevardo. "Al, kenalkan ... dia adalah sahabat yang selalu aku ceritakan. Aozora Xeena Gilhive,"

Xeena mengulurkan tangannya pada Alevardo. "Aozora Xeena Gilhive. Panggil saja Xeena,"

Alevardo menjabat tangan Xeena. "Alevardo Rover Valley. Calon tunangan Violette, sahabatmu."

"Wow, hei kau harus menceritakan padaku tentang semuanya." Violette memberi kode yang membuat Xeena mengerti.

Xeena tersenyum puas. "Aku dapatkan dari tunanganku,"

"Apa?" tanya Violette kaget.

Xeena mengangguk. "Akan aku kenalkan padamu, sahabat terbaikku. Karena dia sangat sibuk, aku jadi meninggalkannya."

Violette menaikkan satu alisnya heran. "Xeena, kau baik-baik saja?"

Xeena menghela napas panjang. Menatap sahabatnya yang tak mempercayai perkataannya. "Vio, sudah kukatakan sebelumnya. Aku akan segera menikah dan aku telah bertunangan."

"Apa? Kapan? Kau benar-benar jadi gila ya?" suara Violette terdengar cukup keras hingga membuat Alevardo harus menggengam tangan Violette lembut.

"Maaf, aku selalu lupa jika sudah bertemu sahabatku ini," ucap Violette dengan wajah menyesal karena melihat Alevardo yang menggenggam tangannya tiba-tiba.

Alevardo mengangguk. "Aku mengerti,"

Xeena terkikik geli melihat sahabatnya yang berubah drastis di depan Alevardo. Membuat Violette kembali beralih menatap Xeena.

"Hei, urusan kita belum selesai." Violette menatap Xeena kesal.

Xeena mengangkat tangannya dan menunjukkan cincin berlian asli pemberian Raiden. "Kau masih tak percaya?"

Violette meraih tangan Xeena dan memperhatikan cincin di jari manis Xeena. "I-ini asli?"

"Memang asli," jawab Xeena cepat.

"Berlian yang di pesan secara khusus," tambah Alevardo ikut memperhatikan cincin di jari manis Xeena.

Violette menoleh menatap wajah Alevardo. "Benarkah?"

"Benarkah?" ulang Xeena mengikuti kata-kata Violette tanpa sengaja.

Alevardo mengangguk. "Dilihat dari model cincinnya, itu sudah pasti spesial."

Xeena tersenyum simpul karena telah mengetahui sesuatu. "Meski pernikahan kita hanyalah sebatas kontrak, aku tetap akan memberikan yang terbaik untukmu." ucapan Raiden kembali terngiang di telinga Xeena. Xeena semakin tersenyum puas karena perkataan Raiden bukanlah omong kosong belaka. Dia benar-benar memberikanku yang terbaik. Pria robot tanpa ekspresi itu, benar-benar memberikan hal yang terbaik.

Violette menaikkan satu alisnya melihat wajah dan senyum simpul Xeena. "Na, kau baik-baik saja?"

Xeena menoleh dan mengangguk. "Ehm, ya aku baik-baik saja. Kalian, apa yang kalian cari disini?"

Violette dan Alevardo tersenyum. Dengan kompak mereka menjawab secara bersamaan. "Cincin,"

"Cincin," ulang Xeena.

"Cincin pertunangan lebih tepatnya," sambung Violette kemudian.

"Wow, selamat. Aku menantikan pesta pertunangan kalian," ucap Xeena semangat.

"Tentu saja dan aku sangat ingin bertemu dengan tunanganmu," bisik Violette di telinga Xeena.

Xeena mengangguk dan tersenyum. Melambaikan tangan saat sahabatnya berlalu bersama calon tunangannya. Xeena tahu Violette melewatkannya begitu saja karena ada Alevardo di sampingnya. Setelah ini Xeena yakin, sahabat dan kembarannya itu akan mewawancarai Xeena dengan secarik kertas yang tak terhitung panjangnya. Untuk kali ini Xeena bisa lolos dengan mudah, namun sepertinya Xeena membutuhkan sejuta alasan untuk mengatakan alasan pertunangannya.

Xeena kembali melihat lantai bawah di tempatnya semula. Memegang besi pembatas itu erat dengan sejuta pikiran yang harus ia cari jalan keluarnya. Jika semua secepat yang Raiden inginkan, maka Xeena harus mencari cara agar semua terlihat natural tanpa harus banyak publik yang tahu. Kemewahan yang Raiden berikan cukup membuat Xeena tahu bahwa Raiden bukanlah orang biasa yang tak dikenal oleh masyarakat London. Xeena hanya tak ingin kesendirian yang selama ini ia pertahankan terbongkar begitu saja melalui rencana gila yang baru saja ia tanda tangani.

"Xeena,"

Sapaan dari orang yang baru saja ia pikirkan terdengar dingin di telinga Xeena. Xeena menoleh dan benar saja Raiden tengah menatapnya dengan datar.

"Agera," ucap Xeena pelan.

"Apa? Coba ulangi lagi," pinta Raiden dengan wajah yang masih menatap datar.

"Agera," ulang Xeena jelas.

Raiden tersenyum dan mendekati Xeena. "Aku menyukainya,"

"Apa?" tanya Xeena tak mengerti dengan arah pembicaraan Raiden.

"Panggilan yang baru saja kau lontarkan. Semua orang memanggilku dengan nama depan atau mana belakang dari keluargaku. Dan aku menyukai saat ada orang yang memanggilku dengan berbeda,"

Xeena hanya mengangguk ringan tanpa berniat menjawab penjelasan Raiden.

"Kau menghilang dan meninggalkanku tanpa ijin. Apakah aku terlalu lama?"

Xeena memaksakan senyumnya dan menatap Raiden. "Aku hanya ingin melihat toko-toko mewah yang ada disini,"

"Ada yang ingin kau beli?"

Xeena menggeleng. "Tak ada, semua sangat mahal untuk kantong tipisku,"

"Kau akan mendapatkannya tanpa harus membayar,"

Xeena menatap Raiden tak percaya. "Hei, jangan gila. Lalu mereka akan memasukkanku ke penjara."

Raiden hanya tersenyum dan menahan tawanya. "Katakan saja bahwa kau Nyonya Calisto. Istri dari Raiden Agera Calisto."

"Cih, kau terlalu membual. Kau pikir Horrods ini milikmu?" Xeena mencibirkan bibirnya dan mulai melangkah.

Raiden mengikuti Xeena dan berjalan di samping Xeena. "Ya, seperti yang kau katakan, Horrods adalah milikku."

Xeena tertawa. "Hahaha, kau pasti sangat kaya sampai begitu yakin mengatakan itu. Tapi aku tak akan tertipu,"

Raiden tersenyum. Hanya kau yang tak percaya bahwa aku pemilik Horrods. Semua orang begitu percaya dengan semua kekayaanku tapi kau menganggapku biasa saja. Raiden menarik tangan Xeena lembut untuk mengikuti langkahnya.

"Bersikap baiklah pada tunanganmu, Xeena." ucap Raiden mengingatkan.

Xeena menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Menggandeng lengan Raiden dan mengikis jarak yang memisahkan. Menatap kedepan dengan yakin karena melihat Raiden yang begitu acuh pada keadaan. Benar, aku sudah terbiasa menjual jasa dengan bersandiwara. Dan kali ini aku hanya perlu melakukannya selama satu tahun. Menjadi tunangan dan calon istrinya. Meski hanya satu tahun, namaku akan berubah menjadi, Aozora Xeena Calisto saat aku menikah dengannya nanti. Aozora Xeena Calisto istri dari Raiden Agera Calisto.

"Kau cukup pintar membawa dirimu pada keadaan," ucap Raiden karena melihat Xeena yang mengapit lengannya posesif.

"Tentu saja karena aku sudah terbiasa dengan sandiwara," jawab Xeena acuh.

"Maksudmu profesimu sebagai wanita bayaran?"

Xeena sedikit kesal saat Raiden kembali menyebutnya wanita bayaran. Namun Xeena tak mengelak dari itu semua. "Seperti yang kau tahu. Dan kali ini pekerjaanku adalah bersandiwara bersamamu. Sebagai tunanganmu," Xeena mengeratkan gandengannya di lengan Raiden. Bersikap manja selayak mungkin dan membuat iri para wanita yang tengah menatapnya.

Raiden yang menyadari itu hanya tersenyum tipis. "Tak cukup baik," Raiden dengan pelan melingkarkan tangannya di pinggang Xeena agar semua terlihat lebih meyakinkan.

Xeena cukup terkejut karena Raiden sanggup bersikap seperti itu. Namun Xeena hanya diam dan mengikuti alur yang Raiden pilih.

"Kita makan malam dulu," Raiden membawa Xeena kesebuah cafe yang berada di Horrods.

Xeena hanya mengangguk dan tetap bersikap manja pada Raiden. Pandangan seluruh orang yang berada di cafe cukup membuat Xeena heran. Namun Raiden tak memperdulikan itu semua. Raiden tetap meletakkan tangannya di pinggang Xeena dan membawa Xeena memasuki cafe. Menarikkan bangku untuk Xeena dan bersikap lembut pada Xeena. Salah seorang pelayan datang dan membungkuk hormat.

"Mr. Raiden, kami senang Tuan berkunjung kesini. Dan kami telah merekomendasikan beberapa menu untuk Tuan dan-" ucapan pelayan itu terhenti dan menatap Xeena sesaat.

"Tunanganku," sambung Raiden cepat.

Pelayan itu cukup terkejut namun tetap bersikap formal. "Maaf kami tak mengetahuinya."

"Siapkan semua menu terbaik kalian. Aku ingin tunanganku mendapatkan yang terbaik," perintah Raiden tegas. Raiden tersenyum dan menarik tangan Xeena yang berada di atas meja. Membuat pelayan tersebut mengangguk patuh.

"Akan kami berikan yang terbaik, Mr. Raiden."

Pelayan tersebut pergi dan langsung disambut oleh pelayan lain. Mereka mulai berkumpul di belakang karena ingin tahu siapa wanita yang bersama pemilik Horrods tersebut.

"Wanita itu tunangannya," ucap pelayan tersebut dengan pelan.

"Apa???" tanggapan kaget dari pelayan lain cukup terdengar keras.

"Bukankah Mr. Raiden itu gay?" tanya salah seorang dari mereka.

"Aku pikir begitu," jawab salah seorang lagi dari mereka.

"Namun kalian juga lihat, kan? Wanita cantik itu terlihat sangat mesra bersama bos besar kita. Bahkan Mr. Raiden memperlakukannya dengan sangat istimewa,"

Pelayan lain mengangguk.

"Jadi kabar bahwa bos kita gay adalah bohong? Ah, beruntungnya wanita itu. Mendapatkan Mr. Raiden kita yang tampan,"

"Sudah cukup gosipnya. Kita harus memberikan semua menu terbaik kita. Mr. Raiden tengah menunggu,"

Semua mulai bekerja dan melaksanakan pekerjaannya. Tak lama semua menu terbaik andalan cafe tersebut keluar di meja Raiden. Xeena menatap semua menu yang tersaji. Semua terlihat menggiurkan dan enak untuk dimakan.

"Makanlah, aku memesan semua untukmu," ucap Raiden sambil mengambil salah satu makanan yang terhidang.

"Kenapa kau memesan sebanyak ini? Ini tak akan habis,"

"Karena aku tak tahu makanan kesukaanmu,"

Xeena hanya mengangguk dan mengambil salah satu makanan kesukaannya. Memakannya dengan tenang namun menjadi tak berselera saat Raiden mulai membahas hal yang membosankan.

"Tentang pernikahan kita," ucap Raiden menggantung. "... aku ingin akhir bulan ini. Persiapan sudah lima puluh persen,"

"Terserah. Aku hanya akan mengikuti semua pilihanmu. Apakah akan ada banyak media yang memberitakan pernikahan kita?"

Raiden mengangguk. "Tentu saja karena aku mempunyai banyak teman kolega dari luar London. Meski hanya sandiwara, aku ingin pernikahan kita meriah. Bukankah wanita menyukai pernikahan yang mewah?"

Bukannya menjawab itu semua, Xeena diam sesaat dan berpikir. "Bisakah kita menikah diam-diam?"

"Apa? Kenapa? Kau tak menyukai konsep mewah di pernikahan kita?"

"Tidak. Aku hanya tak ingin pernikahan kita jadi berita besar. Kumohon untuk tidak mengekpos pernikahan kita ke media," pinta Xeena.

"Apa alasanmu?"

"Aku hanya tak ingin 'dia' menemukanku," jawab Xeena dingin.

"Dia? Siapa yang kau maksud?" tanya Raiden mulai penasaran.

"Kau tak perlu tahu. Itu semua bukan urusanmu,"

Raiden hanya diam namun otaknya mulai bekerja. Acara makan malam usai dan Raiden mengantarkan Xeena pulang. Sesekali Raiden menatap Xeena yang diam. Ingin rasanya Raiden bertanya dengan semua hal yang Xeena rahasiakan namun saat mendengar kata-kata Xeena yang tak ingin diusik membuat Raiden diam.

"Sampai," ucap Raiden.

Hening. Tak ada sahutan. Raiden menoleh dan mendapati mata Xeena yang telah terpejam. Raiden menghela napas dan keluar dari mobil. Membawa tubuh Xeena dalam gendongannya dan berjalan memasuki lift Paragues apartemen. Masuk kedalam apartemen Xeena dan meletakkan tubuh Xeena di tempat tidur. Menyelimuti tubuh Xeena dan menatap wajah Xeena yang terpejam.

"Harus kukatakan bahwa kau kini menjadi kartu As-ku. Kartu pembawa keberuntungan," ucap Raiden lirih.

Raiden mematikan lampu kamar Xeena dan berjalan keluar. Mengunci apartemen Xeena dan meninggalkan Paragues apartemen. Raiden diam didalam mobil dan berpikir. Sesuatu yang Xeena rahasiakan membuat Raiden sangat penasaran.

"Apakah itu mantan pacarmu?" ucap Raiden menerka.

Raiden menyalakan handphonenya dan kembali menelepon orang kepercayaannya.

"Aku ingin tahu kehidupan pribadi dari calon istriku. Siapa saja orang-orang yang dekat dengannya, masa lalunya dan semua hal yang menyangkut pribadinya."

"...."

"Bagus. Aku ingin kabar secepatnya,"

Raiden menutup telepon tersebut dan menggengam erat. "Mari kita lihat, apa yang coba kau sembunyikan dariku, Xeena."

===================================

===================================

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height