Scary Brother/C4 Meet Him
+ Add to Library
Scary Brother/C4 Meet Him
+ Add to Library

C4 Meet Him

Kendaraan beroda empat tersebut memasuki kawasan elit perumahan kota New York, Liliane tercengang melihat bangunan-bangunan luas dan mewah yang ada disana melalui kaca jendela. Bulu mata lentiknya terus berkedip beberapa kali, tak menyangka kehidupan disini sangat jauh berbeda dari tempat asalnya.

"Nando adalah pria yang sangat beruntung" racaunya pada dirinya sendiri, pohon-pohon tertata rapi dan udara dan jalanan yang sungguh bersih. Tampak sepi terlihat dari luar, Liliane sempat berpikir mungkun hanya orang-orang kelas atas yang tinggal disana.

Hingga taksi berbelok sesuai dengan alamat yang dituju...

Bangunan besar yang tertutup pagar tinggi, terdapat huruf besar S yang terangkai indah dipagar tersebut. Liliane sudah yakin, itu adalah nama belakang keluarga besar Nando yang sangat terkenal dijajaran pengusaha kaya.

Liliane sempat berkecil hati, gadis biasa sepertinya bisa tinggal dirumah besar yang pastinya memiliki fasilitas lengkap itu. Meskipun Nando adalah kakaknya sendiri, namun Liliame tidak yakin Nando dapat memperlakukannya layaknya adik.

Gerbang terbuka setelah supir berkomunikasi cukup lama dengan seorang penjaga gerbang, Liliane sampai mendesah resah setelah mengetahui akses masuk kerumah kakaknya terbilang cukup sulit dari yang ia kira. Berbagai pertanyaan yang diberondong kepadanya, walau akhirnya ia dipersilakan masuk.

Memasuki pekarangan, Liliane kembali dibuat takjub dengan suguhan pemandangan disana.

Berbagai bunga tertanam rapi sesuai jenisnya, beberapa kolam dan diantaranya terdapat air mancur. Rumput dan pohon terpotong rapi dan dibentuk secantik mungkin, sampai gadis itu tak sadar bibirnya menyunggingkan senyum. Mungkin jika perilaku pemiliknya mencerminkan bangunan rumahnya, pasti akan lebih baik, batin Liliane.

Taksi berhenti tepat didepan pintu gerbang utama, jantung Liliane makin berdegub tak karuan. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan pria itu.

Liliane berdeham, membayar beberapa dolar kepada supir setelah itu keluar dari dalam taksi. Tak lupa sang supir menurunkan beberapa barang miliknya.

Setelah itu taksi kembali pergi menjauh, meninggalkan dirinya sendiri dengan kegugupannya. Liliane menelan salivanya sendiri, berjalan pelan sambil menggeret tas kopernya dan menggantungkan tas lainnya dibagian pundak kanan.

Langkahnya pelan tapi pasti, entah mengapa sekelibat kenangan itu muncul kembali. Membuat langkahnya terhenti seketika dan hatinya kembali ragu untuk menemui Nando, tapi hutang telah terbayar dan masih harus ia tebus kembali dengan Nando. Liliane menepis semua kegelisahannya demi tanggung jawab, ia kemudian berjalan kembali kearah pintu.

Pelan tapi pasti, Liliane menggenggam erat tasnya dengan sesekali menggigit bibirnya sendiri. Hingga tepat berada didepan pintu, ia menekan bel...

Cukup lama, hingga tak lama seseorang membuka pintu dan berhasil membuatnya gugup setengah mati.

Ceckl...

"ada yang bisa dibantu, miss?" tanya seorang wanita paruh baya dengan seragam khas seorang maid, Liliane menghela nafas kasar seraya memegang dadanya sendiri. Sang maid sampai mengernyit bingung dengan ekspresi yang ditunjukan Liliane.

"ahh... Halo, perkenalkan namaku Liliane" gadis itu menunjukan senyum manisnya kepada maid tersebut.

"oh, adik dari tuan Nando, tuan muda telah menunggu sejak tadi" mendengar hal itu Liliane sedikit terkejut, Nando menunggunya? Apakah pria itu masih punya rasa peduli kepadanya?

Sang maid yang Liliane ketahui bernama Martha setelah perkenalan singkat mereja itu tersenym ramah dan mempersilakan dirinya masuk kedalam bangunan megah tersebut, Martha membantu membawakan barang-barangnya kedalam kamar yang telah disediakan.

"sorry miss... Sesuai perintah tuan muda, jika miss harus menunggu disini." ujar wanita itu dengan senyum ramahnya.

"baiklah." balas Liliane, setelah kepergian Martha, Liliane melihat-lihat sekeliling. Ruang tamu yang luasnya seperti seluruh rumah lamanya, terdapat perabotan antik dan pastinya sangat mahal. Didinding berhiaskan bermacam-macam foto dan pajangan hanya untuk sekedar memperindah ruangan tersebut, hingga dirinya menemukan foto dengan ukuran yang cukup besar.

Mr. Skinner dengan Ibunya yaitu Vivian, terlihat sangat serasi dan juga elegan. Raut wajah tampan disandingkan dengan wanita cantik dan juga berkelas, andai pria itu masih hidup mungkin keadaan ibunya tidak akan serumit ini, batin Liliane.

"miss?" panggilan Martha sontak membuatnya terkejut.

"ahh, kau mengagetkanku. And please, just Liliane!"

"baiklah Liliane, tuan muda menunggu anda diruang kerjanya" ucap Martha.

"sekarang juga?"

"tentu, sekarang juga" balas ramah wanita itu, lalu menunjukan jalan kepada Liliane sementara gadis itu terus membuntuti Martha dengan raut wajah khawatirnya.

Mereka menaiki tangga, menuju lorong yang panjang dan juga gelap. Beberapa foto kembali menghiasi dinding yang ada dilorong tersebut. Liliane berpikir selera Nando tidak berbeda dari dulu, selalu menyukai kegelapan dan benci dengan cahaya terang.

Hingga pada akhirnya, mereka berhenti didepan sebuah pintu tepat diujung lorong.

"tuan muda menunggu didalam, jika butuh sesuatu aku akan berada didapur kapanpun" ujar wanita itu yang segera diangguki oleh Liliane sebelum akhirnya pamit pergi.

Liliane menarik nafas dalam-dalam, melihat pintu besar dengan ukiran indah itu dengan jantung berdebar. Sebentar lagi ia akan melihat pria itu, kakaknya yang tak pernah terdengar kabarnya selama beberapa tahun. Juga pria yang pernah menorehkan luka padanya, namun sangat ia butuhkan disaat seperti ini.

Liliane menghela nafas kasar, apapun yang akan dilakukan oleh pria itu sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menebus semua permintaannya. Lagipula, tidak ada yang gratis didunia ini meskipun saudaramu sendiri.

Liliane memperbaiki rambutnya, membiarkan semua helai terurai indah. Ia melihat dirinya sendiri, jeans lusuh dan juga kaos longgar ditutupi dengan jaket miliknya. Mungkin Nando tidak mempermasalahkan hal tersebut, namun dalam keadaan seperti ini membuat hati Liliane menciut, apalagi setelah ia mengetahui Nando adalah seorang pimpinan perusahaan yang sangat berpengaruh dikota itu.

Liliane menghela nafas kasar sekali lagi, ia menjulurkan tangannya untuk mengetuk pintu yang terasa dingin seperti suhu tubuhnya saat ini.

Tok... Tok...

Liliane mengetuk beberapa kali, dengan jantung yang hampir copot. Tak ada jawaban, ia kemudian mengetuk lagi beberapa kali.

"come in!" terdengar suara berat dari dalam sana, suara yang sama seperti disambungan telepon. Membuat dirinya makin yakin bahwa yang ada didalam sana adalah kakaknya.

Dengan perlahan Liliane memutar kenop pintu, membuka pintu besar tersebut dengan hati-hati. Hingga ia melihat seorang pria duduk dengan gagahnya disinggasananya, atau tepatnya duduk dikursi dibalik meja kerjanya.

Tanpa mengenakan setelan kerjanya dan hanya mengenakan kaos polos, pertanda bahwa pria itu benar-benar menunggunya sedari pagi. Rambut kecoklatan itu terlihat indah meskipun acak-acakan tak mengurangi nilai ketampanannya, wajah dengan garis rahang yang tegas makin membuatnya terlihat dingin tapi berwibawa, Liliane tidak sempat memperhatikan kelebihan pria itu satu-persatu karena terpesona oleh kakaknya sendiri, dan lagi... Tubuhnya terlihat berisi dari yang Liliane ingat terakhir kali bertemu.

"hai Lil one!"

Sapa Nando dengan smirk dan suara besar yang berhasil membuat merinding sekujur tubuh Liliane.

"Nando..."

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height