Scary Brother/C5 Prince Charming
+ Add to Library
Scary Brother/C5 Prince Charming
+ Add to Library

C5 Prince Charming

Liliane hanya bisa terdiam ditempatnya, pria itu tak nampak seperti Nando yang pernah ia kenal. Terlihat lebih dewasa dan lebih seksi...

Pria itu berdiri dari duduknya, tubuhnya sangat tinggi jika harus dijajarkan dengan Liliane. Perlahan ia menuju kearah Liliane, gadis itu melihat dengan jelas pahatan indah yang ada dibalik kaos polos milik kakaknya itu. Kulit kecoklatan seperti ayahnya dengan tubuh tegap dan berotot layaknya model.

Liliane menegak salivanya, masih menatap wajah tampan dengan kedua mata sebiru laut yang memabukan itu. Benarkah yang dihadapannya ini kakaknya?

Liliane tak berani bergerak sedikitpun, saat Nando setiap detiknya kian mendekat padanya. Nafas Liliane hampir tercekat, dagunya terangkat tinggi saat kakaknya itu menatap terus kearahnya.

Bibir Liliane sedikit terbuka, entah mengapa saat ini ingin sekali memeluk tubuh kekar itu. Menyampaikan kepada pemiliknya betapa ia merindu dan juga membenci pemilik tubuh berotot itu.

Saat deru nafas pria itu hampir dekat dengannya, Nando malah melewatinya begitu saja...

Brak!!!

Nando menutup pintu yang masih terbuka dibalik tubuh Liliane, membuat gadis itu terkejut bukan main akibat suara nyaring yang ditimbulkan oleh pintu tersebut.

Tiba-tiba saja Liliane merasakan deru nafas hangat disekitar tengkuknya disertai geraman yang entah bagaimana bisa terdengar sangat seksi.

"kak...?" cicit Liliane setelah merasakan sesuatu yang menempel dipinggulnya, Nando memegang kedua bahunya seraya memijitnya pelan. Seolah tersengat aliran listrik, Liliane memekik pelan.

"jika kau tidak ingin kejadian lampau terulang kembali, maka ikuti aturanku" Nando meremas kuat bahu Liliane, gadis itu hanya bisa merintih pelan akibat perbuatan kakaknya itu.

Kesan pertama pertemuannya kembali dengan kakaknya adalah buruk, pria itu bahkan melakukan tindakan yang kasar disertai pelecehan secara langsung.

"Nando..."

"shh!!! Mengapa kau tidak menerima saja perjodohan itu Lily?" desis Nando tepat dibelakang telinganya.

"aku lebih baik menjadi babu dari pada menikah dengan orang yang tidak aku cintai"

Deg

Pernyataan Liliane barusan sontak membuat hati Nando mengeras, ia menghembuskan nafas kasar tepat ditengkuk gadis itu dan membuat pemiliknya bergidik ngeri.

Nando melonggarkan cengkramannya dibahu Liliane dan beringsut mundur, entah mengapa kalimat gadis itu barusan berhasil menohok dirinya.

Gadis kecil mungil yang selalu ia kagumi bahkan sejak gadis itu masih berumur belasan tahun, kegilaan Nando bertambah ketika melihat adik kecilnya kini menjelma menjadi gadis dewasa yang cantik dan juga seksi.

Nando memperhatikan tubuh Liliane dari atas hingga bawah, lekuk tubuh itu terlihat sempurna. Tidak terlalu kurus dan tidak gemuk untuk ukuran gadis seusianya. Nando bahkan sangat mengingat usia Liliane, gadis itu saat ini sedang menginjak 20 tahun. Perbedaan mereka sangat jauh, Nando yang kini berusia 30 tahun dan masih tergolong pria brengsek atau hidung belang yang seharusnya sudah siap mencari seorang istri.

Istri heh? Bagaimana ia bisa mencari seorang istri jika hanya wajah Liliane yang terbayang selama beberapa tahun ini.

"ikutlah denganku, akan kutunjukan kamarmu" ujar Nando memecah keheningan, ia tidak bisa berlama-lama berdekatan dengan adiknya itu. Atau sekedar menatap tubuh yang akan membuatnya kian menggila, akan menjadi kejadian buruk jika ia tidak mampu mengendalikan dirinya, seperti dulu...

Mereka keluar dari ruang kerja Nando, Liliane hanya bisa berada dibalik tubuh kekar itu membuntuti Nando. Kehidupan Nando sangat berbanding terbalik dengannya, selain ayahnya yang sangat berpengaruh dikota ini. Nando adalah laki-laki yang sangat beruntung, bisa mewarisi seluruh harta kekayaan mendiang ayahnya.

Liliane sempat berpikir, apakah pria itu tidak punya niatan untuk mencari seorang istri mengingat umurnya yang telah cukup matang untuk mempersunting seorang wanita? Atau mungkin Nando telah memilikinya, mungkin saja...

Mengingat hal itu membuat hati Liliane menjerit dan memanas, harusnya ia berbahagia jika memang Nando telah memiliki kekasih, tapi mengapa?

"ini kamarmu..." Liliane hampir saja menabrak tubuh besar itu, karena terus melamun ia tidak sadar jika pria itu telah berhenti sejak tadi.

"uhm, maafkan aku" cicitnya pelan.

"kamarku disebelah, dan aku harap kau tidak menggangguku" ucapnya ketus, Liliane mengangguk patuh. Tak berani melawan apapun perkataan pria itu. Dan lagi, siapa yang ingin mengganggu banteng pemarah itu?

Sedari tadi, Nando hanya menatap tajam Liliane. Jika gadis itu tersadar Nando menatapnya, pria itu akan membuang muka. Begitu seterusnya hingga membuat Liliane makin gugup.

Beberapa detik yang akward, akhirnya Nando memutuskan untuk pergi begitu saja tanpa pamit atau sekedar berbasa basi pada adiknya itu. Pria itu sangat ketus dan dingin, jika bukan karena sesuatu hal yang harus didesaknya Nando tidak akan banyak bicara.

Seperti saat ini, Liliane hanya bisa ternganga melihat kakaknya itu kembali keruangan kerjanya dan meninggalkannya sendiri.

Liliane harusnya berterima kasih kepada Nando karena telah memberinya tempat berlindung, namun sorot mata elang itu seperti menyiratkan sesuatu.

Berhati-hatilah, Lily!!!

Liliane memasuki kamarnya dan menutup pintu kembali, kamar yang luasnya tiga kali lipat dari kamarnya dulu. Ia berkeliling, membuka berbagai lemari dan terlihat barang-barangnya telah tertata rapi disana. Liliane berpikir, pasti Martha yang melakukan semua ini. Harusnya wanita tua itu tidak perlu repot-repot melakukan itu semua, mengingat ia juga menumpang dan mungkin akan bekerja dirumah ini.

Liliane beralih kearah pintu, membukanya perlahan dan terdapat kamar mandi disana. Satu bath-up dan westafel, cukup luas untuk dipakai seorang diri.

Ia beralih kearah pintu yang lain, sebuah walk-in-closet lengkap dengan pakaian. Dahi Liliane berkerut, ada sebagian lain pakaian yang bukan miliknya. Entah milik siapa atau Nando memang membeli untuknya. Yang Liliane sadari, gaun dan pakaian itu jumlahnya sangat fantastis.

Ibunya bahkan tidak pernah membelikannya barang-barang seperti ini, batinnya dalam hati.

Liliane beralih kearah ranjang, ranjang berukuran queen size yang terlihat sangat empuk dan juga nyaman. Terdapat lampu tidur yang tertata rapi disamping kiri dan kanan diatas nakas.

Jendela dengan ukuran yang sangat besar mengarah langsung ketaman belakang, membuat tempat itu terlihat sangat indah bahkan dihari yang sudah hampir senja seperti saat ini.

Liliane membuka pintu balkon, berdiri dipinggiran pagar guna mencari kesejukan. Ia menghirup wangi bunga mawar merah yang tertanam sangat banyak disana, entah mengapa Liliane sangat menyukai mawar merah. Sama halnya seperti Nando.

"oh, andai ini menjadi rumahku" racaunya pada dirinya sendiri, Liliane tersenyum melihat pemandangan dihadapannya. Angin senja meniup rambut indahnya yang terurai begitu saja. Kedua mata lentiknya tertutup merasakan sensasi dingin dan juga sejuk yang ada disana seraya memegangi pagar.

Tanpa sadar ada kedua mata elang yang terus mengawasinya dibalik kaca jendela sedari tadi...

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height