Scary Brother/C7 The Past I
+ Add to Library
Scary Brother/C7 The Past I
+ Add to Library

C7 The Past I

Pria muda itu tersenyum miring, saat tangan lembut itu menyentuh jemarinya. Berjabatan tangan dan ia sangat mengerti gadis kecil itu takut padanya karena tangannya begitu dingin, Liliane remaja bertemu dengan Nando yang sudah sangat dewasa untuk pertama kalinya.

Gadis yang masih bersekolah disebuah high school tersebut tak mengetahui jika dirinya mempunyai kakak laki-laki yang sepertinya tidak terlalu bersahabat itu.

Secara kebetulan Nando harus berada dikawasan tersebut guna menyelesaikan bisnisnya, dan secara kebetulan pula ua bertemu dengan malaikat kecil nan cantik itu dirumah ibunya.

Vivian sempat menjelaskan kepadanya bahwa ia memiliki adik perempuan, namun ia enggan mengunjungi ibunya karena rasa sakit hati itu masih ada sehingga ia memutuskan untuk tidak menengok sang ibu hingga saat ini. Saat gadis itu beranjak remaja dengan segala kepolosan dan kecantikannya.

Lihat saja! Diumurnya yang sudah berusia 15 tahun, Liliane masih menggenggam boneka Teddy bearnya. Nando tersenyum miring melihatnya. Dan tingginya hanya sebatas dada Nando.

"boleh aku memanggilmu kakak?"

"tentu Lil one, aku memang kakakmu" jawabnya seramah mungkin, biasanya Nando tidak begitu menyukai gadis kecil apalagi remaja. Tapi sepertinya Liliane adalah pengecualian, karena gadis itu sama sekali berbeda dari gadis remaja seusianya yang sudah mengenakan make-up. Sementara wajah Liliane merah merona dengan alami dan tanpa polesan apapun, begitu juga dengan cara berpakaiannya. Sangat polos dan terlihat kekanakan.

Dress polos berwarna putih dan sepatu flat berwarna senada, ditambah bandana dengan warna putih pula.

Nando sempat tertawa, jika dikota gadis remaja seusianya pasti telah mengenakan sepatu heels tinggi dan tas bermerk.

"bagaimana liburan musim panasmu?" tanyanya.

"biasa saja, aku membantu Daddy berkebun" jawabnya polos, Nando hampir saja larut dengan bulu mata lentik itu.

"maukah kau berlibur dirumahku? Aku mempunyai banyak binatang peliharaan yang sangat banyak" bujuk Nando.

"benarkah? Apa mom akan mengijinkannya?"

"tentu, mengapa tidak? Bukannya aku kakakmu?" balas Nando.

"baiklah" ujar Liliane sumringah, ia kemudian berlari kedalam rumah masih menggenggam erat Teddy Bear miliknya.

Untuk pertama kalinya, Nando merasakan kehangatan jika berada didekat gadis itu setelah kepergian sang Ayah. Entah mengapa melihat Liliane seperti melihat malaikat, mungkin ia adalah malaikat yang dikirim Ayahnya dari surga.

Nando selalu mempercayai hal-hal seperti itu, persis seperti dongeng mendiang ayahnya. Sebelum meninggal, ayahnya pernah berpesan akan mengirimkan malaikat cantik untuk menjaganya. Nando sempat berpikir malaikat yang dijanjikan ayahnya itu adalah ibunya, namun setelah kepergian Vivian ketika dirinya masih berusia 10 tahun membuatnya frustasi mencari malaikat tersebut.

...

Liliane tersenyum ceria, duduk disamping Nando seraya melantunkan lagu kesukaannya. Sepertinya gadis itu mulai menyukai Nando dan terbiasa akan kehadiran kakaknya itu, Nando melajukan sedan miliknya dengan kencang.

Malam hari ini terlihat sangat dingin, hujan deras membuat kaca berkabut dan jarak pandang mulai kabur. Belum lagi petir menggelegar dan pohon-pohon disepanjang jalan berayun-ayun terkena angin kencang, membuat malam itu kian ngeri.

Nando sendiri hampir saja menabrak ranting pohon yang cukup besar, jika saja ia tidak menginjak rem secara mendadak.

"kak, kau baik-baik saja?" tanya Liliane dengan nada khawatir, mobil berhenti tepat ditengah jalan. Dihalangi oleh ranting besar dan hujan diluar sangat deras, sehingga Nando tidak mungkin menyingkirkan ranting tersebut seorang diri.

"kau bisa menunggu esok hari? Sepertinya kita terjebak disini" ujar Nando yang akhirnya memutar arah balik.

"tentu kak, didekat sekolahku ada sebuah motel jika kembali kerumah mom akan sangat jauh" kata Liliane memberi ide.

"hm, baiklah."

Selang beberapa menit kemudian, mobil berbelok kearah yang ditunjukan Liliane. Mereka berdua keluar dari dalam mobil berlari menuju motel tersebut yang kelihatannya sedang sepi.

"kau kedinginan?" tanya Nando melihat Liliane yang basah kuyup, meski jaraknya terbilang cukup dekat nyatanya hujan mampu membuat sekujur tubuh mereka basah.

Liliane hanya menggeleng lemah seraya memeluk dirinya sendiri karena udara dingin ditambah pakiannya yang basah, Nando segera mendaftarkan diri sebelum gadis itu sakit karena kedinginan.

Seorang pria tua menuntun mereka kelantai atas dan menjukan sebuah ruangan dengan dua kamar tidur dan satu ruang tengah, tak lupa Nando berterima kasih sebelum pria itu meninggalkan mereka.

Liliane segera membersihkan diri dikamar mandi, sementara Nando mencari pakaian kering untuk mereka berdua. Terdapat satu lemari yang hanya berisikan selimut dan jubah mandi, Nando mengacak rambutnya frustasi.

Ternyata motel tersebut tidak menyediakan pakaian, lalu dimana lagi ia mencari pakaiam ditengah hujan badai seperti ini. Belum lagi, jika adik kecilnya itu akan sakit.

Cekl...

Pintu kamar mandi terbuka, tubuh Liliane hanya berbalut handuk berwarna putih sementara beberapa bagian tubuh dan rambutnya masih dalam keadaan basah.

Nando yang melihat hal tersebut hanya bisa menegak salivanya sendiri, tubuhnya masih terbungkus pakaian basah dan rambutnyapun masih basah. Terlihat dari beberapa tetes air turun dari rambutnya yang acak-acakan.

Namun tubuhnya bereaksi berbeda, panas dan entah apa yang terjadi setelah melihat tubuh polos adiknya itu.

Liliane yang tidak mengerti hanya bisa terdiam seribu bahasa ketika Nando terus menatap lapar padanya.

Sungguh, Nando hanya lelaki normal. Melihat hal seperti ini sangat jarang diusianya yang masih menginjak 25 tahun, belum lagi ia harus memfokuskan diri dengan perusahaan ayahnya. Tidak ada waktu untuk mencari apalagi bermain dengan wanita seusianya.

Nando berjalan perlahan kearah Liliane, melihat Liliane mengeratkan pegangan dihanduknya. Nando berdiri tepat dihadapan gadis itu, deru nafas panas menerpa dahi Liliane. Suhu ruangan yang terasa kian panas untuk Nando malah membuatnya kian menggila.

Perlahan Nando mencengkram pundak Liliane dengan kedua tangannya, terasa lembut dan kenyal ditangan besar Nando. Membuat tubuhnya bereaksi dan seketika ia menyambar bibir merah merekah yang sedari tadi sedikit terbuka karena kebingungan.

Sontak membuat gadis itu terkejut bukan main, Liliane memberontak dan mencoba kabur. Namun jemari besar Nando berhasil menangkap lengannya dan menariknya dengan paksa, membuat handuk yang melilit ditubuhnya terjatuh keatas lantai. Kini tubuh polos itu tak tertutupi sehelai benangpun.

"kak, apa yang kau lakukan? Aku ini adikmu" cicit Liliane yang wajahnya telah dibanjiri air mata.

Tapi Nando tak menanggapinya, menulikan pendengarannya setelah iblis berhasil merasuk kepikirannya.

Nando mendorong tubuh Liliane dan menindihnya dengan kuat keatas sofa agar gadis itu tidak dapat bergerak banya, meski kedua tangan Liliane dapat bergerak bebas, nyatanya ia tidak dapat mendorong tubuh besar yang kini menghimpitnya itu. Entah apa yang dilakukan Nando dibawah sana, Liliane terus menjerit dan meronta ketika Nando mencumbunya.

Hingga satu teriakan keluar dari bibir mungil itu, ketika pertahanan terakhirnya berhasil ditembus oleh kakaknya sendiri.

Ruangan dingin ditemani cuaca yang hujan, membuat teriakan Liliane tidak terdengar oleh siapapun kecuali Nando yang menganggap jeritan itu alunan merdu ditelinganya.

Liliane menangis kencang dengan dahi yang berkerut, jeritan itu kian lama terdengar pilu. Membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan turut merasakan betapa sakitnya ketika ia terus merintih dan memohon ampun.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height