Shadow of The Past/C1 Prologue
+ Add to Library
Shadow of The Past/C1 Prologue
+ Add to Library
The following content is only suitable for user over 18 years old. Please make sure your age meets the requirement.

C1 Prologue

MEKAR BUNGA KHAS musim semi di luar sana tampak begitu indah, berbanding terbalik dengan suasana hati seorang perempuan pirang yang tengah duduk di sebuah kursi restoran makanan tradisional. Lampu lampion gantung dan dekorasi klasik berupa tumbuhan sintetis menghiasi tempat makan mahal itu. Meja dan kursi berjejer rapi, hanya terisi oleh beberapa pengunjung saja. Dinding ruangan berupa kaca, memperlihatkan mekar bunga sakura di halaman sana.

Mewah dan elegan merupakan kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan tempat ini.

Airi akan menikmatinya kalau saja dia tidak sedang berbincang dengan sosok wanita paruh baya di hadapannya. Seolah terlahir untuk hidup lingkungan elite, sosok itu terlihat begitu cocok berada di tempat mewah nan elegan semacam ini. Rambut hitam panjangnya digelung rapi. Manik permata tersemat di masing-masing telinga. Dia dihiasi oleh benda-benda mewah yang tampak serasi dengan rupa jelitanya meski dia telah berkepala lima.

"Jadikan Kazuki sebagai pewaris sah keluarga kami. Dengan begitu, masa depannya akan lebih terjamin. Dia dapat membantu melancarkan pekerjaanmu di perusahaan. Setelah menyandang nama Hasegawa, dia bisa memberikan kebebasan akses pada ibunya. Kau akan dimudahkan dalam meminta bantuan dana untuk perusahaanmu. Apakah kau bersedia, Ishihara-san?"

Mulut Airi mengatup. Dia menggenggam erat gelas minumnya.

"Tanpa menjadi pewaris keluarga besar Anda, dia sudah memiliki masa depan cerah," tandas Airi, suaranya terdengar sangat tegas. "Saya lebih dari mampu untuk membiayai pendidikannya. Dia sendiri adalah anak cerdas. Dengan kemampuannya, dia akan tetap mendapatkan masa depan yang cerah tanpa harus menjadi bagian dari keluarga Anda."

Ulasan senyum tersemat di bibir sang wanita paruh baya.

"Keturunan Hasegawa memang selalu cemerlang, bukankah begitu? Dia begitu mirip dengan ayahnya."

Semakin banyak Airi mendengar, semakin menipis pula kesabarannya.

"Dia hanya mempunyai satu orang tua. Dan orang itu adalah saya," jelas Airi. Dia menarik napas pelan dan mengeluarkannya dengan perlahan. Ulasan senyum dia paksakan untuk hadir. "Maafkan saya, Hasegawa-san. Saya pikir, Anda sudah paham dengan jawaban yang saya berikan."

Sosok di hadapan Airi mengaduk minumannya dengan pelan. Dia mengangguk.

"Ah, ya, tentu saja. Aku mengerti pada pertimbanganmu. Membesarkan seorang anak seorang diri selama dua belas tahun memang memerlukan usaha besar," katanya. "Saat itu, kau masih sangat muda. Masa mudamu hilang karena sudah diharuskan untuk membesarkan seorang anak. Meskipun begitu, itu adalah pilihanmu sendiri. Aku menghormatinya." Dia menatap Airi lekat. Senyuman sopan yang mengancam kembali terukir di bibirnya. "Kalian mengakhiri hubungan dengan baik-baik. Sudah seharusnya begitu. Tapi, kau juga menyembunyikan kandunganmu darinya."

Airi berusaha mati-matian untuk menahan kemarahan.

"Ishihara-san, tidakkah menurutmu dia mempunyai hak untuk tahu?" tanya wanita itu. "Sampai sekarang dia masih tak tahu apa pun. Kau mungkin menolak tawaranku. Tapi, apa yang akan terjadi jika dia tahu bahwa selama ini kau menyembunyikan anakmu yang juga putranya? Kurasa dia takkan tinggal diam."

"Kenapa Anda sangat yakin bahwa Kazuki berhubungan dengan keluarga Anda?" jawab Airi. Ekspresinya teramat kaku. "Saya tinggal di Manhattan selama hampir dua belas tahun. Ayah biologis Kazuki bisa siapa saja."

Nyonya Hasegawa tertawa ringan, terlihat begitu geli akan pernyataan Airi.

"Semua orang akan menyangkut-pautkan dia dengan putra bungsuku setelah melihat rupanya. Dia bagaikan salinan dari ayahnya. Silakan pertemukan mereka. Tanpa diberi tahu, putraku pasti langsung curiga." Dia kembali menyesap minumannya dengan tenang. "Apakah kau ingin membawa kasus ini ke ranah hukum? Jaksa akan langsung menawarkan tes DNA untuk menyelesaikan kasus. Bagaimana menurutmu, Ishihara-san? Aku mempersilakanmu untuk memilih antara memberi tahu dia secara langsung dan secara sukarela membagi hak asuh pada keluarga kami, atau menyelesaikan masalah ini lewat hukum?"

Tak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut Airi.

Dering suara telepon menginterupsi mereka. Nyonya Hasegawa melihat ponselnya. Sebelum beranjak dan menerima panggilan, dia berujar, "Kutunggu keputusanmu selama seminggu, Ishihara-san. Jika kau masih diam, aku akan memberi tahu Kei untuk membawa masalah ini ke pengadilan. Tolong pikirkan tawaranku dengan baik."

Telapak tangan Airi mengepal, erat. Dua belas tahun sudah dia merelakan semuanya. Kenapa seseorang ingin kembali mengambil harta berharganya? Tidakkah dia tahu berbagai kesulitan yang Airi hadapi untuk membesarkan Kazuki hingga titik ini?

Ketika meninggalkan restoran, Airi telah bertekad bahwa dia tidak akan kalah. Dia tidak akan menyerah atupun melepas putranya begitu saja.

"Kei takkan mengambilnya dariku. Dia telah menemukan kebahagiaannya. Dia takkan ingin kembali mengungkit kami, sama seperti yang sejak dulu telah kulakukan." []

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height