SLAVE/C1 Prologue
+ Add to Library
SLAVE/C1 Prologue
+ Add to Library
The following content is only suitable for user over 18 years old. Please make sure your age meets the requirement.

C1 Prologue

Pada periode klasik Yunani Kuno...

Beberapa prajurit pria pergi ke medan peperangan. Ketika para Raja tengah gencar memperebutkan lahan kekuasaan dan pemperluas wilayah, tanpa menghiraukan prajurit yang nantinya akan kembali pulang atau tidak. Dari beberapa prajurit tersebut, adalah Suami dari istri, adalah Ayah dari anak-anak. Yang setia menunggu mereka pulang seusai peperangan.

Jika wajah mereka tak muncul kembali, maka beberapa hari kemudian keluarga mereka akan menerima jasad yang tertusuk pedang atau berdarah, bahkan lebih buruk. Para istri akan menjadi janda dan anak-anak akan menjadi Yatim tanpa kasih sayang Ayah mereka. Pemakaman seorang prajurit biasa tidaklah seperti bangsawan.

Mayat mereka akan ditumpuk dengan mayat prajurit lain dan dibakar secara bersamaan, tidak ada nyanyian Dewi. Tidak ada upacara pemakaman, hanya tersisa abu yang belum dapat dipastikan itu adalah abu dari keluarga mereka. Hanya keyakinan, yang membuat mereka percaya itu adalah abu dari orang terkasih dan disemaikan di laut Yunani.

Diiringi tangisan pilu sang istri dan jeritan anak-anak. Kisah kekejaman perang pun tak berhenti sampai disitu.

Peperangan hanya meninggalkan kisah sedih bagi wanita, dan bahagia bagi para bangsawan jika mereka menang. Jika kalah dari pertempuran, peperangan akan terus berlanjut tanpa henti menumpahkan darah. Tanpa henti mengirim ratusan bahkan ribuan pasukan pria yang rela mati jika Raja berkata demikian.

Haus akan martabat dan kekuasaan.

Beranggapan Dewa Perang berada dipihak masing-masing padahal mereka hanya menumpahkan darah dan membuat Dewa menjadi murka.

Ketika Apollo menyinari sebuah kerajaan, penyusup memasuki kerajaan tersebut dan membakar habis sebuah kerajaan yang berdiri makmur dengan penghasilan bumi yang melimpah.

Jeritan kesakitan dan tangisan pilu melantun indah melihat tempat tinggal hancur terbakar, disaat yang bersamaan sebuah pasukan dari kubu lawan memasuki kerajaan makmur itu. Menghabisi para pria dengan pedang runcing mereka, penjagaan yang lengah membuat kota itu tumbang seketika.

Siang yang penuh pembantaian, darah dan kepala berhamburan di atas tanah. Tangis anak kecil ditengah pembantaian, mencari Ibunya yang telah hilang, ketika sang Ayah telah mati dimedan pertempuran. Kini ia harus rela kehilangan Ibunya yang pergi entah kemana. Prajurit bertubuh besar membawa pedang tajam dan perisai di tangan kirinya.

Anak kecil tersebut hanya bisa terduduk di atas tanah sambil menutup kepalanya, menunggu kematian kah? Bocah itu sendiri tak mengerti artinya kematian. Ia hanya menghindari tubrukan dari tubuh besar prajurit yang berlalu lalang dan membunuh pria dewasa dengan ganas. Bocah itu masih sangat kecil, tapi dia selalu bertanya-tanya.

Kenapa hanya para pria yang di bunuh?

Kemana semua wanita terutama Ibunya?

Pembantaian tak berhenti...

Siang berganti malam, namun jeritan itu masih menghiasi sebuah kerajaan yang telah tumbang dan kalah strategi oleh lawan. Mayat-mayat berhamburan itu dibakar, memastikan bahwa mereka tidak akan bangun kembali dan membalas dendam.

Bocah kecil itu sudah berhenti menangis, menangisi sang Ibu yang tak kunjung mencarinya. Dengan kedua mata kepalanya, ia melihat seseorang yang sudah sekarat, dibakar hidup-hidup oleh seorang prajurit. Ia takut, melihat pria yang dibakar itu menjulurkan lengan seolah ia meminta pertolongan. Dan akhirnya menjerit sakit saat api mulai mengelupas kulit dan dagingnya.

Bocah itu hanya diam,

Air matanya sudah hampir habis menangisi kejadian yang aneh baginya ini. Hari sudah sangat gelap, matahari berganti menjadi bor yang hanya sedikit menerangi malam pembantaian ini. Tak lama beberapa wanita dipaksa keluar entah dari mana, mengikuti perkataan prajurit berwajah sangar dan memegang sebilah pedang.

Duduk bersimpuh di atas tanah sesuai arahan, kedua mata bocah kecil itu berkaca-kaca. Melihat sang Ibu, ternyata menjadi salah satu dari tawanan yang semuanya adalah wanita, dari kejauhan, Ibunya melihatnya juga. Tersenyum kepadanya seolah berkata untuk tetap di tempatnya terduduk saat ini.

Satu persatu wanita dipanggil, ketika tiba giliran Ibunya. Ia hampir berdiri namun Ibunya memberikan sebuah isyarat dari kejauhan padanya untuk tidak bergerak.

Ia mendengarkan dari kejauhan, ucapan prajurit itu sangat jelas di telinganya.

"Menjadi Budak atau mati?"

Itu adalah sebuah pertanyaan, dan Ibunya memilih mati.

Saat itulah air mata Ibunya menetes ke tanah sambil menatapnya dengan pandangan nanar.

Tak lama, sebilah pedang berhasil menembus dada Ibunya. Sontak ia menjerit, namun ia tutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Tubuh Ibunya tumbang, begitupun dengan air matanya saat mayat Ibunya disingkirkan begitu saja dari sana. Kenapa Ibunya dibunuh? Ia sama sekali tidak paham dengan hal itu.

Menjadi Budak atau Mati?

Bocah itu belum mengerti apapun.

Budak?

Ia sama sekali tidak mengerti pengertian Budak.

Kenapa Ibunya dibunuh hanya karena menolak menjadi Budak?

Kenapa Ibunya lebih memilih mati dari pada menjadi seorang Budak?

Apakah pekerjaan Budak itu sangat hina dan begitu rendah serta mengerikan?

Tapi ia melihat ada sebagian wanita yang memilih untuk menjadi Budak dan tidak di bunuh oleh para prajurit itu. Dan hal itu membuat para prajurit tertawa dan memperebutkan wanita tersebut. Menjijikan...

"Linda... semuanya akan baik-baik saja"

Seketika ia mengingat perkataan Ibunya saat kepergian Ayahnya.

Ibunya berkata semuanya akan baik-baik saja.

Namun Linda masih memikirkan sesuatu...

Apa yang di sebut dengan Budak?

Apakah seburuk itu sehingga Ibunya lebih memilih mati?

Sedari lahir, Linda tidak pernah mengerti tentang apa yang dinamakan Budak. Tempat kelahirannnya adalah kota yang makmur dan bahagia, sebelum raja mereka berganti dan memiliki ambisi tinggi untuk memperluas wilayah.

Linda kecil sama sekali tidak paham.

Tentang sistem perbudakan di era Yunani Kuno, jauh dari kota kelahirannya. Terciptalah sebuah peradaban, di mana wanita hanyalah makhluk rendah yang akan bekerja sesuai perintah dan arahan laki-laki. Diperjual belikan hanya untuk kesenangan dan tontonan semata.

Wanita, bukanlah sebuah keindahan seperti seni perang yang diagung-agungkan semua pria.

Sehingga mereka lebih cocok dijadikan seorang budak yang sangat rendah.

Linda yang masih syok dengan kematian Ibunya, tak sadar jika seorang prajurit tengah mendatangi dirinya. Begitu menyadari keberadaan Linda yang tak jauh dari lokasi pembantaian itu.

Wajah Linda dihantam keras dengan benda tumpul dan berhasil membuat kesadarannya menghilang.

Tanpa sadar ia dibawa ke sebuah tempat yang paling mengerikan di muka bumi. Dimana perbudakan wanita dimulai, penyimpangan seksual yang aneh dan tempat terendah bagi wanita. Pembantaian terkeji dan menjunjung tinggi sebuah karya seni dan peperangan.

Sebuah tempat di mana mimpi buruk Linda dimulai...

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height