SLAVE/C4 Slave 3
+ Add to Library
SLAVE/C4 Slave 3
+ Add to Library

C4 Slave 3

Linda menutup kedua matanya, bersandar di bahu tegap Eros saat lengan besar pria itu merangkul tubuh mungilnya. Semilir angin menerpa rambut Linda, Eros dapat menghirup aroma wangi yang menguar dari rambut gadis itu. Beralaskan tikar, kedua sepasang anak manusia itu beradu kasih di bawah sinar rembulan, membiarkan kulit telanjang mereka di terpa angin dingin.

Bersama Eros, setidaknya Linda merasakan menjadi wanita yang di hargai oleh lelaki. Tidak hanya dalam berhubungan seks, Eros adalah pria yang gentle dan tahu bagaimana memanjakan wanita. Ketika semua prajurit pulang dari peperangan dan menikmati sentuhan para budak di dalam gua, Eros lebih memilih mendatangi kekasihnya meskipun dalam kegelapan.

"Jika ada yang tahu, mereka akan memenggal kepalaku" ucap Linda tiba-tiba, memecah keheningan dan kenyamanan dengan kalimat yang sedikit mengganggu kebersamaan mereka. Semua orang di kota ini tahu, bahwa hubungan antara seorang pria dan budak adalah terlarang. Budak di izinkan menikah ketika sudah tidak layak untuk di jadikan pemuas nafsu.

Eros dan Linda mempertahankan hubungan mereka secara diam-diam, membuat labirin mereka sendiri di balik gelapnya gua. Tanpa ada seorangpun yang tahu, tanpa ada siapapun yang membuntuti mereka. Ini semua telah terjadi bertahun-tahun lamanya, saat Eros dan Linda masih remaja. Dan kala itu, Eros selalu menolong Linda ketika gadis itu siap di jadikan Budak oleh Raja.

"Mereka juga akan memenggal kepalaku" balas Eros, Linda tersenyum. Mengecup jemari berurat Eros yang bermain di wajah mulusnya.

"Kau sangat loyal pada Raja" tukas Linda, Erospun tak menyangkal hal itu. Linda berbeda darinya, karena Eros lahir di kota ini sementara Linda tidak.

Jadi, segala kengerian seksual dan peperangan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Eros. Sementara Linda, gadis itu masih sangat kecil sewaktu ia di bawa kemari secara paksa oleh kesatria perang. Di siksa, di cambuk, bahkan gadis sekecil itu sudah di ajarkan bagaimana caranya menjadi pelayan kerajaan.

Bagi Eros, perang adalah hidupnya. Menaklukan lawan dan membawa pulang kepala Raja-Raja yang berhasil ia taklukan prajuritnya, membawa kepala itu kepada Rajanya sendiri agar membuktikan dirinya adalah prajurit yang setia kepada kerajaan. Semua pria di Yunani seperti itu, mengagung-agungkan peperangan dan mengabaikan sesuatu yang lebih penting dari itu semua, Cinta...

Eros mungkin tidak menyadari hal sekecil itu, tapi kelak, ia akan menyadari bahwa Linda akan mengajarinya arti cinta yang sesungguhnya...

"Jika kita menemukan kota seperti kota kelahiranku dulu, mungkin kita bisa hidup bahagia selamanya" tukas Linda, perkataan gadis itu seperti khayalan bagi Eros, tapi bagi Linda, itu adalah sebuah cita-cita.

Eros yang terlalu memikirkan peperangan dan Linda yang berandai-andai memiliki sebuah keluarga bahagia bersama pria itu. Terkadang manusia, memiliki dua sisi berbeda. Sisi yang pertama hanya memikirkan duniawi, dan sisi yang lainnya memikirkan hidup tenang. Itu seperti dua kubu yang tidak bisa saling bertemu atau berlawanan.

"Aku memiliki sebuah mimpi bisa berdiri di samping sang Raja, menjadi kesatria perangnya atau menjadi penasehatnya" kata Eros, wajahnya menatap langit malam yang terang bertabur bintang. Seolah membayangkan sesuatu yang selalu ia impikan sejak kecil. Sementara Linda, hanya bisa menahan rasa sesak di dadanya. Pikirnya, Eros tidak egois, pria itu hanya memiliki sebuah cita-cita besar sama seperti dirinya.

Linda beranjak bangun dari tubuh Eros yang nyaman, berbalik lalu berhadapan dengan pria itu. Deru nafas panas Eros berada tepat di wajah Linda, ingin sekali Linda mengecup bibir itu sekali lagi dan tak melepaskannya hingga kapanpun.

"Aku akan mendukung apapun keputusanmu" ujar Linda, lalu mengecup bibir Eros dan di balas oleh pria itu. Kecupan ringan berubah menjadi ciuman panas dan liar di malam yang dingin. Mengabaikan angin dingin yang bertiup kencang seiring kencangnya ombak pantai, meski hawa dingin menerpa, tak mampu mendinginkan suhu tubuh yang panas akan gairah tersebut.

Tanpa sadar ada seseorang yang mengawasi di balik rimbunnya hutan di atas gunung...

Linda kembali ke dalam istana, malam ini adalah perayaan kepulangan pangeran Darrius dari medan pertempuran. Putra satu-satunya dari Raja dan Ratu yang pertama itu baru saja memenangkan pertempuran pertamanya. Darrius, wajahnya tampan tapi tidak dengan ambisinya.

Darrius lebih berambisi dalam peperangan dari sang Raja, dan lebih gila dala urusan seksual. Itu sebabnya Linda lebih memilih menghilang saat Darrius berada di dalam istana. Pria itu bisa menghancurkan bahkan membunuh para budak saat melakukan hubungan intim.

Pesta besar di mulai malam ini, para penari yang juga seorang budak di tampilkan guna menghibur para bangsawan.

Minunan anggur dan makanan hasil bumi yang melimpah di sajikan oleh para wanita budak yang juga siap melayani para bangsawan. Semua pelayan adalah wanita, karena semua wanita adalah budak, begitu sistem yang mereka miliki.

Linda tidak begitu menyukai keramaian, hingga ia lebih memilih berada bersama budak-budak lain yang menyiapkan makanan di bagian belakang istana.

Ia memegangi ujung dressnya yang menyapu lantai, gaun itu tidak terpasang dengan benar. Karena buru-buru, Linda tidak begitu memperhatikan bagian gaunnya. Namun saat Linda hendak memasuki sebuah ruangan dapur istana, langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang muncul di balik pilar besar masih mengenakan jubah perangnya.

Linda menegak salivanya sendiri, ini bukan momen yang bagus pikirnya. Di sini sangat sepi, hanya ada Linda dan dia. Dalam hati Linda berharap tidak akan terjadi sesuatu hal yang buruk, pria itu berjalan ke arah Linda, dan benar dugaan gadis itu, ini bukan sesuatu yang bagus.

"Lord Darrius..." sapa Linda seramah mungkin sambil menunduk, meski kini wajahnya sedikit takut berhadapan dengan Darrius. Dari raut wajah dan tubuh besar pria itu, ada aura mengerikan yang seolah mampu membunuh siapapun termasuk seorang budak.

"Linda..." kata Darrius, suaranya besar dengan intonasi nada yang berat dan menekan. Linda menahan dadanya yang berdetak lebih kencang dari biasanya.

Darrius memegang dagu Linda, membuat Linda terdongak dan menatap langsung wajah Darrius.

"Malam ini aku ingin kau menemaniku" ujar Darrius, tubuh Linda semakin bergetar. Ia takut dan ngeri kepada Darrius yang selalu menjadi omongan para budak, bahwa Darrius sangat kasar di atas ranjang.

"Maafkan aku, tapi aku sibuk di dapur. Kupikir budak lain dapat menggantikanku, My Lord" tukas Linda, mencoba menolak sehalus mungkin.

"Shh... shh... aku tidak menerima penolakan Linda" nada bicara pria itu terdengar sangat formal seperti bangsawan lainnya, tapi tidak dengan wajah itu. Meski tampan, Darrius sangat mengerikan, kengeriannyalah yang dapat membuat prajurit lawan kalah dan memohon ampunannya, begitu pun dengan sang budak.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height