+ Add to Library
+ Add to Library

C5 Empat

Renata terlihat merenungkan sesuatu. Sang suami (*masih rahasia 😜) tersenyum melihat istrinya yang tengah berpikir. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan istrinya di rumah sakit.

"Ya ampun istriku yang cantik mikirin suaminya ampe segitunya." ucap sang suami yang baru saja selesai mandi.

"Eh hehehe... Mikirin suami mah udah pasti donk. Ini mikirin yang lain Yank."

"Kenapa lagi di rumah sakit? Pasiennya aneh aneh lagi."

"Udah ngga aneh itu mah. Ini lebih aneh lagi."

"Apaan sih penasaran nih."

"Kakang Yank. Kakang ke rumah sakit bawa cewek ama anak kecil."

Sang suami berpikir sejenak. "Dimana anehnya Ma."

"Ih Yang aneh tau. Sejak kapan coba si kakang dekat deket ama cowok apalagi anak kecil. Ama ponakan aja dia mana mau gendong. Iya kan."

Sang suami pun berpikir mengiyakan pemikiran istrinya. "Ya mungkin Kakang udah mulai berubah Ma. Masa iya gitu gitu mulu sejak trauma dulu. Hidup itu harus terus berlanjut. Ngga usah lihat kebelakang terus."

"Ish... Belain kakang aja terus. Sebel." Renata mengerucutkan bibirnya. Sang suami menarik wajah Renata lalu melumat bibir istrinya dengan mesra.

Jika sudah begini, kesalnya Renata pun lenyap. Ia membuka bibirnya dan membiarkan sang suami mengeksplor mulutnya. Lidah keduanya saling bertautan, saling hisap dan mendesah nikmat.

Renata terengah-engah menatap wajah tampan suaminya.

"Dari pada pusing mikirin Kakang, mending layani suami biar dapat pahala." bisik sang suami mesra. Lehernya sudah basah karena cumbuan suaminya.

"Aaah... Yank..." erang Renata menikmati sentuhan suaminya. Tubuhnya dibaringkan diatas ranjang lalu pasrah dilucuti satu persatu pakaian yang menempel ditubuhnya.

"Ssstthh... Aahh..." erang Renata saat kedua putingnya yang menegang dijilat dan dihisap oleh sang suami. Renata yang empat bulan lalu melahirkan Putri cantiknya itu, tengah aktif aktifnya pumping. Payudaranya indahnya semakin Indah saat penuh dengan asi.

"Sayaaang... Heeuughh... Aaah..."

Slurrp...

Asinya keluar begitu saja tiap kali dihisap suaminya. Remasan tangan di rambut suaminya pun semakin mengencang. Jari jari tangan suaminya bergerak lincah dibawah sana. Inti miliknya sudah basah. Jepiran miliknya sangat kuat dan tak lama ia pun mengalami klimaks yang nikmat.

Renata merasa begitu dicintai. Suaminya selalu memulainya dengan lembut barulah setelah itu kasar dan cepat. Renata mengangguk saat ditatap penuh gairah oleh suaminya. Malam itu, keduanya kembali melakukan aktifitas sehat di ranjang hangat mereka.

***

Tengah malam, Angga terbangun. Marinka sang bunda pun ikut terbangun. Marinka memencet tombol perawat dan tak lama dokter dan perawat pun tiba memeriksa kondisi Angga.

"Cakit unda... Hiks...cakit..." isak Angga yang mulai merasakan efek benturan ditubuhnya. Marinka memeluk putranya sambil mengelus punggungnya.

"Anak bunda jagoan. Bobok ya." ucap Marinka menenangkan putranya. Angga semakin rewel dan terus menerus mengeluh nyeri ditubuhnya. Marinka semakin panik dan khawatir.

Ia sudah menelpon kedua orang tuanya untuk datang dan menemani dirinya dirumah sakit, tapi baru esok siang mereka datang. Alhasil Marinka kelimpungan sendiri.

Ditengah kebingungan dan kepanikannya, tiba-tiba Rafka datang dan langsung menggendong Angga erat. Marinka yang ikutan menangis pun kaget dengan kedatangan pria itu.

Dengan penuh kasih sayang, Rafka mengelus-elus rambut putranya, menciumi wajahnya yang basah dengan air mata. Angga yang sedari tadi menangis kencang perlahan mulai terdiam hingga isakan saja yang terdengar.

Kedua tangan dan kakinya melingkar erat ditubuh kekar Rafka. Bahkan mata bocah kecil itu mulai terpejam. Sepuluh menit kemudian Angga pun terlelap kembali. Dengan hati hati Rafka menidurkan Angga diranjangnya tapi bocah menggemaskan itu kembali membuka matanya dan menangis.

Rafka pun ikut membaringkan tubuhnya mendekap Angga. Ajaibnya Angga tak menangis dan kembali terlelap. Marinka akhirnya harus membiarkan putranya tertidur dipelukan pria asing.

Rafka berkali kali mencoba bangkit dr ranjang tapi lagi lagi Angga membuka matanya dan menangis padahal ia sudah tidur lelap.

"Kenapa kamu dateng malam malam kesini?" tanya Marinka sambil mengelus rambut putranya.

"Aku khawatir meninggalkan kalian berdua disini. Dan ternyata benar. Apa suami mba belum datang? Saya akan bantu menjelaskan tentang ini. Sungguh saya..."

"Kamu ngga perlu jelasin apapun sama suami saya. Beliau akan mengerti kalau anda hanya membantu menenangkan putranya." potong Marinka.

"Tetap saja saya tidak enak dengan suami mba. Saya ngga mau suami mba berpikiran macam-macam."

"Insya Allah suami saya bukan orang yang gampang berpikiran negatif. Masnya tidak usah khawatir."

Suasana hening.

Hanya detak jam di dinding yang terdengar nyaring diantara kesunyian malam.

"Oiya kita belum berkenalan. Jika boleh tahu siapa nama Mba? Saya Rafka Putra Wiguna."

"Aku Marinka. Ini putra ku Angga." balas Ririn sambil tersenyum. Senyum manis yang membuat hati Rafka berdebar tak menentu.

"Maaf membuat mas Rafka kemari tengah malam karena Angga. Saya juga mohon maaf untuk istri mas Rafka mengenai hal ini." sesal Marinka.

"Mba tenang saja. Saya belum menikah. Jadi belum ada yang marah kecuali bunda saya." kekeh Rafka.

"Gebetan sudah ada pasti."

"Belum juga. Saya mencari istri bukan gebetan atau pacar lagi. Insya Allah secepatnya saya segera bertemu dengan tulang rusuk saya. Doakan ya mba."

Doa dan harapan Rafka pun di amini oleh Marinka. Keduanya mengobrol ngalor-ngidul sampai akhirnya keduanya terlelap. Rafka diranjang sambil memeluk Angga, sedangkan Marinka menundukkan kepalanya di tepi ranjang sambil menggenggam tangan putranya.

***

Jepret

Jepret

Renata mengabadikan pose Rafka yamg terlelap bersama seorang bocah laki laki diperlukannya dan seorang wanita cantik. Ia memotret dari beberapa sudut yang memperlihatkan betapa mesranya mereka.

Pagi tadi setibanya ia dirumah sakit, ia teringat dengan bocah kecil yang dibawa adiknya ke rumah sakit. Renata melangkahkan kakinya ke IGD namun ternyata bocah kecil itu sudah dipindahkan ke kamar VIP anak.

"Emang gila ya tuh anak." gerutu Renata sambil berjalan menuju ruang VIP dimana Angga dirawat. Ia tal habis pikir bagaimana bisa adiknya membayarka biaya inap bocah kecil itu. Fasilitas VIP lagi.

Betapa kagetnya Renata saat ia masuk ke kamar bocah kecil itu dan menemuka pemandangan yang menarik. Tanpa ba bi bu lagi, Renata langsung mengeluarkan handphone lalu membidik sasaran dihadapannya.

Kedua manusia dewasa dan bocah kecil itu masih tidur dengan nyenyak dan tak menyadari kalau mereka tercyduck oleh paparazzi dadakan.

"Kali ini kalian ngga bisa mengelak. Lihat saja. Aku punya buktinya." gumam Renata dalam hati sambil terus membidik dengan kamera handphonenya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height