WARM WEDDING/C11 Pagi Yang Manis
+ Add to Library
WARM WEDDING/C11 Pagi Yang Manis
+ Add to Library

C11 Pagi Yang Manis

Sebulan sudah Nayya dan Bara menikah. Mereka masih setia dengan kamar mansing-masing. Bukan hal yang aneh memang, lagi pula mereka menikah akibat kesalahan sehingga Nayya tidak berusaha perduli dengan hal seperti itu.

Dia juga mulai menikmati kehidupan barunya. Makanan tersedia, pakaian mahal selalu ada di lemarinya, selimut hangat dikala hujan.

Semua sudah Nayya dapatkan , meskipun dia jarang berbicara dengan suaminya, karena Bara sibuk dengan pekerjaanya.

Malam ini seperti biasa. Bara akan selalu menyempatkan makan malam bersama Nayya, meskipun dia merasa itu aneh, tapi tetap saja dia akan melakukannya.

Mungkin karena sering makan sendirian dan hanya di awasi para pelayan, dia merasa butuh seorang teman makan.

"Kak Bara. Apakah Nayya boleh berbicara setelah makan malam selesai?" tanya Nayya sedikit takut.

"Tentu. Tapi pastikan pembicaraan itu berguna. Aku tidak ingin waktuku terbuang sia-sia hanya karena mendengar perkataan tidak bermanfaat darimu."

Meskipun tidak galak, tapi Bara seperti tidak mudah ditangani. Bahkan terkesan menyeramkan untuk Nayya.

Nayya sering kali menundukkan kepalanya ketika makan bersama Bara.

"Baik, Kakak Bara."

Makan malam akhirnya berlangsung, hanya ada suara sendok. Bara tidak suka jika ada suara setiap kali makan.

Baginya itu sangat mengganggu dan menjengkelkan.

^^^

Selesai dengan makan malam, Bara duduk di sofa dengan Nayya yang sedang menguatkan hatinya.

Dia tahu permintaanya mungkin akan di tolak oleh Bara, tapi tetap saja, dia sangat ingin mengajukannya.

"Bicara," ucap Bara dingin.

"Apakah Nayya boleh keluar besok?"

"Kemana kau ingin pergi?"

"Nayya ingin membeli alat lukis, Kakak Bara. Setelah latihan dansa dan belajar etika selesai, Nayya merasa sangat bosan jika tidak melakukan sesuatu."

Bara menaikan alisnya, wanita yang ada di hadapannya mengatakan jika bosan karena tidak melakukan pekerjaan apa pun.

Sangat berbeda dengan kebanyakan wanita yang berasal dari keluarga kaya. Mereka mungkin sangat bahagia jika tidak mekiliki pekerjaan. Apalagi kalau diizinkan berbelanja sepuasnya, mereka pasti akan langsung keluar rumah.

"Jika bosan, kau bisa melihat televisi atau bermain ponsel. Bukankah para wanita seusia denganmu suka melakukan hal semacam itu."

"Nayya tidak suka, Kakak Bara. Bagi Nayya, melukis adalah segalanya. Nayya bisa mencipatkan dunia Nayya sendiri."

"Kau belum mencobanya. Jika kau sudah mencobanya. Maka kau akan menyukainya."

Bukan Bara tidak ingin memberikan hak untuk Nayya melakukan hobinya, dia hanya ingin melihat sampai mana tekad Nayya tentang keinginanya melukis.

"Tetap saja tidak. Nayya lebih suka melukis, Kakak Bara. Seperti saat Nayya selesai bekerja di rumah keluarga Cannor. Nayya akan selalu melukis agar tidak merasa kesepian. Bahkan Nayya juga melakukannya setiap kali mereka menyiksa Nayya agar rasa sakit itu bisa mulai berkurang."

Secara tidak sengaja, Nayya menyamakan hidupnya di keluarga Cannor dan rumah milik Bara. Hal tersebut langsung membuat Bara tidak suka.

Bara kesal karena wanita itu selalu membuatnya seperti orang-orang jahat tersebut.

"Sepertinya aku harus memberitahumu bahwa kau di larang membahas keluarga menjijikan itu padaku. Apalagi membandingkannya dengan mereka. Aku tidak suka itu Ainayya Hikari Salvina!"

Nayya terkejut, dia tidak menduga jika ceritanya akan membuat suaminya marah.

Seharusnya dia tidak membandingkan apalagi membawa nama keluarga Cannor di hadapan suaminya.

"Maafkan Nayya, Kakak Bara. Nayya tidak bermaksud seperti itu."

"Sara! Bawa nyonya ke kamarnya. Minta dia tidur dan katakan padanya mulai sekarang jangan pernah membahas keluarga Cannor di hadapanku."

Sara yang berdiri tidak jauh dari nyonya dan tuan mudanya langsung menghampiri Nayya. Dia menjadi kasihan pada sang nyonya.

Namun tetap saja, dia tidak berhak berbicara. Lagi pula Nayya juga bersalah karena masih saja membahas kehidupan di masa lalu di hadapan suaminya yang sudah berusaha memberikan kehidupannya dengan sangat nyaman.

"Maaf karena Nayya sudah membuat Kakak Bara marah. Nayya akan tidur. Selamat malam, Kakak Bara."

Setelah pamit, Nayya mengikuti Sara menuju kamarnya. Dia merasa snagat tidak enak karena sudah membuat suaminya marah.

"Nayya merasa tidak enak," ucap Nayya pada Sara."

"Mungkin tuan sedang lelah, Nyonya. Anda bisa melakukannya besok hari. Masih banyak waktu untuk meminta pada tuan. Tapi anda harus ingat satu hal, jangan pernah ceritakan kisah anda pada tuan. Lagi pula, itu sudah berlalu dan sekarang anda telah hidup dengan baik."

Nasehat Sara membuat Nayya semakin merasa bersalah. Seharusnya dia tidak membuat Bara marah. Seharunya dia ingat bahwa seorang pria yang telah melakukan banyak hal untuknya pasti marah jika dia mengungkit masa lalunya.

"Baiklah. Sekarang anda harus tidur. Ini sudah malam dan waktunya anda beristirahat."

"Ya, selamat malam."

"Selamat malam juga, Nyonya."

Saat Nayya sedang beristirahat, Bara yang tengah duduk di ruang kerjanya langsung meminta Albert menyiapkan alat lukis yang lengkap untuk Nayya.

Meskupun dia marah, tetap saja Bara membantu Nayya. Dia juga sengaja meminta di carikan karena tidak mau Nayya kelur dari rumah beberapa hari ke depan.

"Siapkan alat lukis untuk Nayya. Besok aku ingin semua barangnya sudah di antar ke rumah."

"Baik, Tuan. Kalau begitu saya akan melakukannya sekarang."

"Hm."

Albert keluar dari kamar. Sejujurnya dia sudah tahu jika tuan mudanya baru saja memarahi sang nyonya.

Sepertinya, hubungan mereka semakin jauh. Sangat berbeda dengan pemikiran Albert yang berharap Bara dan Nayya akan menjadi suami istri yang normal.

^^^

Keesokan pagainya, Bara yang memiliki jadwa meeting langsung pergi. Tidak ada sarapan apalagi menemui Nayya untuk meminta maaf.

Lagi pula, permintaan maaf dari Bara merupakan hal yang tidak akan mungkin terjadi. Mengingat pria tersebut dingin dan sulit di jangkau.

Nayya yang masih merasa buruk akibat kejadian tadi malam semakin merasa buruk saat tahu suaminya tidak ikut makan bersama.

Nayya mulai takut jika Bara bosan dengannya atau masih marah akibat keboodohannya.

"Tuan sedang banyak pekerjaan sehingga tidak bisa menemani anda sarapan, Nyonya!

Sara berusaha memberitahu Nayya jika tuan mudanya tidak marah lagi pada sang nyonya.

Hanya ada anggukan kepala, Nayya tidak benar-benar percaya dengan ucapan Sara.

Nayya tahu bahwa wanita itu sedang menghiburanya mungkin saja berbohong agar dirinya tidak terlalu sedih.

Usai sarapan, Nayya yang tidak bersemangat kini duduk di ruang tamu.

Niatnya ingin menonton televisi malah Nayya yang sedang di tonton oleh sang televisi.

"Selamat pagi, Nyonya. Tuan Bara berpesan untuk memberikan barang-barang ini pada anda."

Sapaan Alber dan ucapannya membuat Nayya tersadar dari lamunanya. Dia bahkan menatap terkejut pada pria paruh baya tersebut. Tidak menduga jika suaminya sudah menyiapkan alat-alat lukis yang dia minta tadi malam.

"Apakah paman sedang bercanda?"

Nayya selalu sopan pada pelayan di rumah Bara. Dia akan memanggil kakak , paman dan bibi pada mereka yang sesuai dengan umurnya.

"Tidak, ini perintah tuan Bara. Dia meminta saya mencarikan alat lukis seperti yang anda minta tadi malam pada saya, Nyonya!"

Ingin rasanya Nayya menangis karena merasa terharu. Dia tidak menduga jika suaminya akan melakukan hal yang manis di pagi hari.

Walau sebelum hal ini terjadi, mereka harus bertengkar akibat kebodohannya.

"Terims kasih, Paman. Oh iya! Kapan kakak Bara akan kembali?"

"Mungkin pukul 6 sore, Nyonya. Tuan mengatakan akan makan malam bersama dengan anda. Kalau begitu saya pamit undur diri dulu, Nyonya!"

"Baik, Paman!"

Selepas kepergian Albert. Nayya langsung mengambil ponselnya lalu memposting alat lukis pemberian Bara ke media sosialnya dengan caption yang manis bersamaan nama singkat Bara.

Bara yang sengaja membajak semua media sosial sang istri untuk berjaga-jaga agar keluarga Cannor tidak mengganggunya tersenyum kecil ketika melihat postingan Nayya.

Cukup menghibur saat dirinya tengah di sebukan dengan segudang pekerjaan.

"Dasar wanita aneh," ucap Bara pelan.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height