WARM WEDDING/C13 Lukisan Berdarah
+ Add to Library
WARM WEDDING/C13 Lukisan Berdarah
+ Add to Library

C13 Lukisan Berdarah

Setelah kemarin mendapatkan alat lukis dari sang suami, wajah Nayya semakin cerah. Bara yang melihat hal itu saat sarapan pun ikut senang karena istrinya bisa sangat bahagia ketika diberikan hadiah sederhana.

Sara dan para pelayan juga ikut senang melihat wajah bahagia nyonya muda mereka seperti melihat matahari di pagi hari. Sangat indah dan menyenangkan.

"Apakah anda ingin melukis, Nayya?"

Saat ini, Sara dan Nayya sedang duduk di sofa. Lebih tepatnya, Sara menemani Nayya melihat acara di televisi setelah selesai sarapan.

"Sepertinya itu ide yang bagus. Bagaimana jika Kak Sara menemani Nayya melukis."

Nayya menjadi sangat antusias ketika Sara, pelayan yang ditugaskan oleh suaminya mengurus segala keperluannya dan menjadi teman mengobrolnya berbicara tentang melukis.

"Tentu saja. engan senang hati saya akan menemani anda."

Setelah itu, Sara langsung mengambil semua peralatan lukis Nayya. Lalu mengikuti nyonya mudanya pergi ke taman.

Seorang pelayan juga mengikuti sambil membawa beberapa cemilan dan teh.

Duduk di bawah pohon yang rindang dengan alas tikar, Nayya mulai mengatur alat-alat lukisnya lalu melihat objek yang ingin dia gambar.

"Apa yang ingin anda lukis hari ini, Nyonya?"

"Sepertinya gambar seorang gadis yang tersenyum. Apakah menurut Kak Sara itu ide yang bagus?"

Sara menganggukan kepalanya, meskipun dia tidak terlalu mengerti dengan seni lukis. Tapi dia sangat menyukai hasil karya yang dibuat oleh Nayya. Di matanya, lukisan Nayya sangat luar biasa.

"Kalau begitu aku akan mulai melukis."

Nayya mulai mencoret-coret kertas putihnya dengan warna-warna yang berbeda membuat Sara dan penjaga takjub.

Coretan yang awalnya tidak berbentuk kini mulai memperlihatkan wajah seorang wanita cantik.

Saat Nayya sedang sibuk dengan lukisannya. Tidak ada yang menyadari kedatangan seorang wanita paruh baya memakai kerudung yang senada dengan warna bajunya.

Wajahnya juga terlihat persis dengan Albara.

"Apakah aku mengganggu?"

Semua orang yang sedang fokus dengan lukisan Nayya terkejut. Nayya bahkan hampir menjatuhkan kuasnya setelah melihat kedatangan Diana, wanita yang masih belum dia kenal.

"Selamat siang nyonya Diana," sapa semua orang kecuali Nayya yang masih terdiam.

"Selamat siang. Sepertinya kalian sangat fokus sampai tidak menyadari kedatanganku," ucap Diana yang berpura-pura sedih.

Sara dan yang lainnya tersenyum malu. Mereka memang terlalu fokus pada lukisan Nayya sehingga tidak menyadari sekitar.

"Dan ini pasti Ainayya. Istri dari putraku, Albara Damian Dominic."

Ucapan Diana sangat ramah, namun membuat Nayya yang trauma akan penolakan yang pernah dia dapatkan dari Eren menjadi panik.

Nayya takut jika Diana akan mengusir serta menghinanya seperti ibu Leonal.

Diana yang melihat wajah panik Nayya menjadi menyesal, Seharusnya dia memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum menyapa Nayya yang notabennya memiliki masa lalu yang mengerikan tentang keluarga.

"Jangan takut, Nak! Ibu bukan tipe ibu mertua yang kejam."

Sara mencoba membatu Diana. Dia memberitahu Nayya bahwa ibu mertuanya sangat baik. Dan hal itu berhasil, Nayya akhirnya bisa kembali tenang meskipun masih belum berani menatap Diana.

"Kau seorang pelukis?" tanya Diana berusaha mengalihkan Nayya.

"Iya, Nyonya."

Nayya berusaha untuk tidak gugup ketika menjawab, tapi sayangnya dia gagal melakukannya.

"Jangan panggil nyonya. Panggil ibu, sayang. Kau adalah istri putraku. Jadi mulai sekarang kau resmi menjadi menantuku," ucap Diana terhenti sejenak.

"Akhirnya ketiga anakku menikah. Waktu memang cepat berlalu."

Diana terlihat bahagia karena berhasil mendidik anak-anaknya.

"Apakah Nyonya tidak malu memiliki menantu seperti saya?" tanya Nayya dengan gugup.

"Mengapa harus malu? Lagi pula penilaian Bara tidak pernah salah. Jika dia memilihmu menjadi istrinya. Maka kami akan menerimamu dengan tangan terbuka."

Entah mengapa, ketika Nayya mendengar ucapan Diana. Dia mejadi berani menatap wajah Diana dan disana dia dapat melihat bahwa sang ibu mertua memang berbeda dari yang dia bayangkan.

"Oh ya! Ibu sampai lupa memperkenalkan diri. Ingat bahwa wanita cantik yang sedang ada di hadapanmu ini bernama Diana Ross Barkely, ibu dari Albara Demian Dominic. Suami tercintamu," goda Diana.

Mendengar ucapan dan godaan dari ibu mertuanya membuat Nayya semakin nyaman saat berdekatan dengan ibu mertuanya.

Semua orang termasuk Diana senang karena Nayya sudah tidak gugup lagi sehingga membuat suasana menjadi hangat kembali.

"Kau sedang melukis apa?"

"Seorang wanita tersenyum, Ibu!"

"Pasti itu sangat cantik. Tapi tetap saja menantuku yang paling cantik. Bukankah itu benar, Sara?"

Sara mengangguk setuju membuat Nayya tersipu malu. Dia juga akhirnya tahu dari mana suaminya bisa mengucapkan kata-kata manis ketika mereka pertama kali bertemu.

"Terima kasih, Ibu!"

Diana tertawa, dia bahagia karena penilaian putranya tentang Nayya benar. Cantik dan baik membuatnya lega karena akhirnya sang putra menikah dengan wanita yang tepat.

"Kalau begitu sekarang kau harus melanjutkan lukisanmu. Ibu sangat penasaran dengan lukisan menantu ibu."

"Baik, Ibu."

Nayya pun melanjutkan pekerjaanya. Diana dan Sara memilih duduk sedikit jauh dari Nayya untuk memberikan ruang pada Nayya saat melukis.

Ketika lukisan wanita itu hampir selesai, tiba-tiba saja Nayya mendengar nama Leonal dan Vina di sebut sehingga membuatnya memasang kedua telinganya dengan baik.

"Sangat memalukan. Kenapa manusia semakin hari semakin tidak tahu malu, Nyonya! Seharusnya wanita bernama Pavina itu malu mengumumkan pernikahannya dengan pria lain dengan alasan kehamilannya. Apakah perbuatan terlarang seperti itu harus disebar luaskan? Apakah mereka berfikir masyarakat kita seperti masyarakat luar yang tidak masalah ketika mendengar hal semacam itu."

Sara sangat kesal ketika melihat sepotong video yang disebarkan oleh teman Instagramnya.

Video yang diberikan tulisan wanita tidak tahu malu menayangkan sebuah pengakuan Vina yang tengah hamil anak kekasihnya dengan wajah bahagia.

Diana hanya tersenyum merasa maklum karena sudah banyak kasus seperti itu. Dia hanya berpesan pada keluarganya untuk tidak melakukan hal tersebut.

Saat keduanya tengah berbicara, Nayya tiba-tiba menjadi sangat emosional. Sesuatu dalam dirinya menguak, membuatnya mengambil pisau yang tidak sengaja pelayan bawakan.

Menyayat tangannya sehingga membuat darah mengalir jatuh. Nayya bahkan mengoleskan darah itu ke lukisannya membuat semua orang yang melihat akan takut.

Lukisan yang awalnya indah kini menjadi penuh darah. Wanita dalam lukisan itu terlihat menangis, tapi titik - titik air mata itu tidak berasal dari warna cat milik Nayya. Itu berasal dari merahnya darah Nayya.

Seorang penjaga yang tadinya bermain ponsel, tiba-tiba memanggil Diana sehingga membuat wanita berkerudung itu mengarahkan wajahnnya ke arah penjaga.

"Ada apa?" tanya Diana penasaran.

"Darah, Nyonya. Lukisan nyonya Nayya penuh darah."

Diana terkejut lalu menatap ke arah Nayya yang sedang menyayat tangannya lalu merusak lukisan indah itu dengan darah merahnya.

Sara yang juga melihat itu menjadi terkejut. Dia erlari ke arah nyonga mudanya. Dan dia langsung segera membuang pisau yang sedang di pakai Nayya untuk menyakiti dirinya.

"Astagfirullah, sayang! Ada apa denganmu, Nak?"

Diana yang juga menyusul Sara langsung memeluk tubuh Nayya. Tidak perduli jika darah menantunya mengotori pakaiannya.

Saat ini yang dia pikirkan bagaimana cara menenangkan Nayya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height