WARM WEDDING/C14 Pelukan Hangat
+ Add to Library
WARM WEDDING/C14 Pelukan Hangat
+ Add to Library

C14 Pelukan Hangat

"Sebaiknya kita membawa nyonya Nayya ke rumah, Nyonya!" Sara berucap.

"Baik, tapi Bara sedang tidak ada. Lalu siapa yang akan membawanya?"

"Meskipun ada penjaga. Diana merasa tidak enak jika tubuh menantunya di sentuh oleh pria yang bukan suaminya, hanya saja dia juga tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa.

"Biarkan saya yang membawanya, Nyonya! Tuan Bara membayar saya untuk membantu nyonya Nayya. Jadi saya harus melakukan yang terbaik untuk istri tuan."

"Tapi kau seorang wanita. Pasti akan sulit melakukannya."

"Saya seorang bodyguard wanita. Sudah melakukan pelatihan secara militer. Jadi anda tidak perlu cemas. Tubuh nyonya Nayya tidak akan membuat saya merasa berat."

Terkejut ketika Sara mengatakan bahwa dirinya seorang bodyguard wanita. Tidak pernah Diana duga jika putranya sudah mempersiapkan semuanya untuk keselamatan Nayya.

"Baiklah! Sekarang mari kita bawa Nayya ke rumah. Dan untuk kalian, tolong bawa semua peralatan serta lukisan nyonya kalian ke rumah."

"Baik, Nyonya!" ucap para penjaga.

Setelah semuanya di bereskan, Sara langsung membawa Nayya ke rumah.

Di ikuti oleh Diana dari belakang, lalu para penjaga yang membawa semua barang-barang milik nyonya muda mereka.

Sesampainya di rumah, semua pelayan. termasuk Nic yang sedang duduk di sofa sambil menunggu istri kembali tiba-tiba terkejut ketika melihat Sara membawa seorang gadis yang dia yakini adalah menantunya.

Keterkejutan itu bahkan semakin menjadi-jadi saat melihat tangan Nayya yang penuh luka dengan tatapan kosong dari sang pemilik tubuh.

"Ada apa ini, sayang?" tanya Nic pada istrinya.

"Sebaiknya kita menelpon Bara, lalu Dokter lebih dulu. Aku belum tahu apa sebenarnya yang terjadi pada menantu kita. Yang ku lihat dia menjadi sangat emosional secara tiba-tiba lalu melukai tangannya."

Nic terkejut. Dia tidak menduga jika menantunya bisa menjadi seperti itu. Tapi tidak ada rasa kesal atau marah dengan pilihan putranya.

"Baik, aku akan menelpon Bara."

Diana mengganggukan kepalanya lalu pergi menyusul Sara dan Nayya di kamar. Ingin tahu kondisi menantunya.

^^^

Sesampainya di kamar. Diana menghampiri Nayya dan Sara. Bertanya apakah kondisi menantunya sudah baik-baik saja.

"Apakah dia sudah tidak lagi emosional?" tanya Diana pada Sara.

"Sudah membaik, Nyonya."

"Syukurlah." Diana bisa bernafas lega ketika mendengar perkataan Sara.

"Apakah kau ingin ibu membantumu mandi, sayang?"

Karena bercak darah di pakaian, tubuh Nayya terlihat kotor dan butuh mandi.

Nayya menggelengkan kepalanya. Tidak ingin ada yang melihat bekas-bekas luka yang dia dapat dari penyakit dan siksaan dari keluarga Cannor.

"Tapi kau harus mandi, sayang! Setelah mandi, maka Dokter bisa memeriksamu."

"Jangan panggil Dokter. Nayya tidak apa-apa, Ibu."

Kata Dokter membuat Nayya kembali panik. Di bantu mandi saja sudah membuatnya takut dan kini dia harus di periksa.

Nayya benar-benar tidak mau. Sara dan Diana ikut panik ketika melihat perubahan Nayya ketika mendengar kata Dokter. Mereka menjadi bingung harus berbuat apa agar Nayya tidak panik.

"Baikalah, Ibu tidak akan memanggil Dokter. Tapi kau harus mandi agar tubuhmu bersih. Sara akan membantumu jika kau tidak ingin ibu membantumu."

"Benar, Nyonya. Saya akan membantu anda dan anda tidak perlu malu. Saya tidak akan mengejek atau jijik. Jika itu yang anda takutkan."

Nayya menjadi bimbingan. Dia percaya jika Sara dan Diana tidak akan menghina tubuhnya. Hanya saja, dia masih belum siap memperlihatkan kondisinya pada orang lain.

"Percayalah pada Sara, Nak! Tubuhmu harus bersih agar ibu bisa mengobatinya. Ibu juga berjanji tidak akan memanggil Dokter."

Tidak enak jika harus menolak kebaikan ibu mertunya. Nayya akhirnya membiarkan Sara membantunya mandi, meskipun air akan membuat tubuhnya perih. Tapi Nayya tidak akan merintih kesakitan karena sudah terbiasa dengan rasa perih ketika masih tinggal di rumah keluarga Cannor.

^^^

Saat berada di kamar mandi. Sara menjadi sangat terkejut dengan bekas luka yang ada di punggung Nayya serta bagian depan. Sangat mengerikan dan memilukan. Seperti itulah yang dirasakan Sara.

Sejujurnya sejak awal, Nayya tidak pernah memberikan Sara melihat tubuhnya. Sara akan menunggu sang nyonya selesai memakai pakaian. Hal itu dia lakukan demi membuat Nayya yang terlihat sangat takut ketika pertama kali dia mengajukan diri membantunya mandi.

"Pasti sangat mengerikan bukan. Nayya benar-benar takut jika nanti kakak Bara meminta haknya sebagai suami dan Nayya akan membuatnya kecewa dengan tubuh Nayya. Dan ini juga yang membuat Nayya tidak membiarkan Kak Sara membantu Nayya mandi," ucap Nayya yang tengah duduk di bathup yang sudah diisi air hangat.

"Jangan berfikir hal yang belum terjadi, Nyonya. Saya percaya tuan tidak akan jijik pada anda."

Sara akhirnya paham. Dia juga tidak merasa keberatan dengan penolakan Nayya.

Nayya tersenyum miris. Dia tahu jika Sara hanya ingin menghiburnya. Siapa pun yang melihatnya pasti akan jijik. Lagi pula itu adalah rencana sang ibu dan saudari tirinya. Mereka tidak ingin dia menimah atau bahkan hidup bahagia.

"Apakah anda merasa perih?" tanya Sara ketika melihat wajah Nayya masih memasang wajah normal.

"Tidak. Nayya sudah terbiasa dengan luka ini. Lagi pula, semua luka sudah pernah Nayya rasakan. Termasuk luka kehilangan. Jadi ini bukan hal besar lagi bagi Nayya."

Sara terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa. Selama hidupnya, semua hal yang ingin dia capai berjalan dengan lancar dan sesuai keinginannya, tidak ada kegagalan atau bahkan merasakan di sakiti oleh keluarga.

Setelah selesai mandi, Sara menutup matanya sesuai dengan perintah Nayya ketika wanita itu akan membuka dan memakai pakaian dalam yang baru, lalu membiarkan Sara membantunya memakai dres tanpa lengan agar tangannya bisa di obati.

Ketika keduanya keluar kamar mandi, Nayya terkejut dengan kehadiran seorang wanita cantik berpakaian Dokter.

Tapi ada yang aneh dari wanita itu, Nayya baru menyadari jika wanita tersebut putri Diana sekaligus kakak perempuan kedua suaminya.

"Hallo saudari ipar," sapa wanita itu dengan ramah.

"Ha-hallo," ucap Nayya gugup.

"Tidak perlu takut. Aku adalah kakak perempuan kedua Bara. Jadi kau tidak perlu cemas dan perkenalkan namaku Davinta Intan Dominic. Panggil aku kak Intan agar kita bisa lebih akrab."

Hangat! Tiba-tiba saja hati Nayya hangat mendapatkan seorang keluarga baru yang sangat ramah sehingga membuat Nayya mulai membaik.

"Apakah aku boleh memeriksamu?"

Karena merasa hangat akan sapaan Intan. Nayya akhirnya mengizinkan saudari iparnya memeriksa kondisinya.

Diana yang melihat hal tersebut merasa sangat bahagia. Putrinya bisa membuat sang menantu tenang dan bersedia di periksa.

"Apakah kau sering melukai tubuhmu ketika sedang merasa sangat emosional?"

Meskipun Intan bukan seorang Psikolog, tapi tetap saja Intan tahu berbagai jenis penyakit kejiawaan termasuk penyakit yang sedang Nayya alami.

"Ya, Kak Intan."

"Hal apa saja yang membuatmu menjadi sangat emosional?"

"Berkaitan dengan keluarga Cannor dan pria itu," jawab Nayya tanpa bisa di simpan.

Melakukan serangkaian pemeriksaan. Intan akhirnya tahu apa yang sudah terjadi pada saudari iparnya, tapi dia tidak membicarakannya atau memasang wajah takut. Dia masih tetap tersenyum dan mengelus rambut Nayya, seolah-olah sang saudari ipar adalah adik perempuan kandungnya.

Nayya yang merasakan kehangatan tangan Intan menjadi sangat nyaman. Dia bahkan secara tidak sengaja meminta hal yang membuat Diana dan keluarganya menangis.

"Bisakah kak Intan memberikan pelukan hangat. Nayya kedinginan. Jika bunda masih hidup. Dia akan memberikan pelukan setiap kali Nayya sakit atau kedinginan," ucap Nayya dengan suara kekanak-kanakan.

Diana yang sudah tidak tahan langsung memberikan pelukan pada menantunya, di ikuti oleh Intan.

Nic yang juga mendengar hal itu menjadi sedih. Berniat memberikan kehangatan untuk gadis yang sangat kesepian tersebut, dia akhirnya ikut memeluk ketiganya.

"Apakah seperti ini rasanya di peluk oleh seorang ayah?" tanya Nayya polos.

Sejak kecil, Nayya sudah kehilangan hangatnya pelukan sang ayah. Setiap kali dia menangis hanya ada hinaan dan cician. Sang bundalah yang akan menenangkannya. Memberikan pelukan lalu mengucapkan kata-kata manis agar dia bisa tenang.

Nic, pria tegas yang jarang menangis kini menjadi cengeng. Dia tahu seperti apa sakitnya Nayya. Bagaimana pun dia sudah memiliki anak perempuan dan putrinya selalu manja padanya, lalu bagaimana dengan Nayya?

Gadis yang tidak pernah mendapatkan pelukan hangat atau bahkan usapan lembut setiap kali menangis. Benar-benar mengiris hati siapa pun.

"Bunda, Nayya akhirnya bisa merasakan pelukan hangat dari seorang ayah. Terima kasih bunda. Nayya sudah tidak kedinginan lagi."

Tangisan Diana semakin kuat, dia bahkan mempererat pelukannya.

Sara yang mendengar juga ikut menangis. Tidak pernah menduga akan ada sesi menyedihkan.

Mungkin pengalaman yang tidak akan bisa dia lihat dari wanita mana pun.

"Ayah, Ibu dan Kak Intan akan memberikan pelukan seperti ini untuk Nayya. Jadi sekarang, Nayya tidak boleh sedih lagi. Jangan sakit lagi ya, sayang. Apa pun yang terjadi, Nayya harus memberitahunya."

Entah mengapa, Nic berubah ke mode ayah penuh cinta untuk Nayya. Dia berbicara seolah-olah Nayya adalah anak kandungnya.

"Terima kasih. Ini sangat hangat. Nayya suka. Kalian orang asing yang baik pada Nayya."

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height