+ Add to Library
+ Add to Library
The following content is only suitable for user over 18 years old. Please make sure your age meets the requirement.

C1 1

"Pokoknya ya Bel.... Saya nggak mau tau. Saya mau kamu atur ulang meeting kita yang gagal sama pembeli asal Jepang itu."

Anisa Handoko memulai ceramah paginya di depan pintu ruangannya. Dimana aku sedang berdiri hendak mencari sekretaris bahenol dan menor wanita super cerewet ini yang pergi entah kemana. Tapi langkahku keburu di hadang olehnya.

Anisa Handoko, janda kaya raya mantan istri pengusaha properti asal Amerika. Cerewet, perfeksionis, galak dan suka nyalak kaya anjing komplek menurut Bella. Bu boss ini adalah seorang wanita tangguh pemilik sebuah majalah ngetop di ibukota Jakarta.

Jangan tanya penampilannya, princess Syahrini aja lewat. Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut semuanya barang berkelas dan fenomenal. Ya emang sih, aku selalu dapat cipratan barang-barang mewahnya. Mulai dari lipstik, bb cream atau cushion ala - ala korea, dompet, tas, sepatu, baju, haduh bayak lagi deh lainnya. Royal si boss mah kalau soal begituan.

Sayangnya tidak ada gading yang tak retak. Mengenai pekerjaan misalnya, wanita yang ngakunya masih muda dan nggak mau disebut paruh baya itu sungguh kejam. Kalau ada bawahan yang nggak becus, ngomelnya kaya gerbong kereta api, panjang dan berisik. Tidak urung aku ini yang pasti kena imbasnya. Padahal aku tau apa coba? Ughh.... Untung gaji ku gede, kalo enggak ya mending kabur aja. Lebih enak ongkang kaki jadi simpenannya Hamish Daud.

Ngomong-ngomong, sejak pagi anaknya bu boss udah email-email aja. Pakai ngatain aku sok sibuk lah, sok cantik lah, sok model lah, gara-garanya aku nggak sempet bales.

Meski sedikit bingung apa hubungannya sok sibuk, sok cantik, dan sok model, dengan aku yang tak sempat membalasnya. Heran juga kenapa dia enggak telpon atau video call saja dari pada bertukar email denganku yang seringnya tenggelam, sangking banyaknya.

Nggak tau apa, emaknya nyolot aja mulai pagi tadi. Ceramahnya saja tidak berhenti sampai lima belas menit ini. Arrgghh!! I hate Monday, Tuesday, Wednesday, Thrusday, Friday, sometime Saturday also, and my disturbing Sunday. Aku hampir tidak punya hari libur bahagia, karena selalu direcoki Bu boss yang banyak banget maunya.

Ketika ceramahnya berakhir, aku kini menguras tenaga karena harus naik turun lift. Gantiin bu bos keliling divisi buat mastiin pekerjaan mereka bener, karena aku adalah personal asisten yang dituntut serba bisa olehnya. Setelah itu aku perlu croscek jadwal Bu boss yang sudah dibuat sekretarisnya. Jangan lupakan tetek bengeknya mengenai kostum yang, majalah, salinan kontrak yang mungkin saja tertinggal di rumahnya untuk ku urus.

Haduh please deh ya... mana sempet aku sok cantik apalagi sok model, kaki saja sudah mau jebol rasanya sangking padatnya pekerjaanku sepagi ini. Kesel deh sama si mamas yang masang tampang arogan itu di photo profil setiap medsosnya. Sebelas dua belas sih sama emaknya, gen emang enggak bisa bohong. Cih, dasar orang kaya! kaya bacotnya, nggak pernah disekolahin.

'Iya, bawel. Mamamu lagi meeting. Aku sudah pastiinn dia makan & minum obat teratur. Aku sibuk. Bye.'

Ku tekan tombol send dengan kesal, hingga beberapa saat kemudian pesan balasan ku baca.

'Atur yang bener jadwal mama, jangan kebanyakan meeting. Jaga kesehatan mama. Kalau enggak, saya rumah-in kamu, Bella!'

"Bawel!!"

Bella memutar bola mata malas. Seolah-olah Zach Abraham ada di depannya. Iya, Zach Abraham itu anak blasterannya bu boss.

Enak aja, bilang mau rumah-in aku, situ mau aku jadi istrinya apa, dirumahin segala. ih, dasar si muka rata, rata kaya hantu bioskop yang katanya gentayangan itu.

"Bella...!" itu suara melengking bu boss yang lagi darah tinggi. Beneran aku enggak bohong, itu sebabnya putranya yang menetap di Amrik Sono khawatir banget sama keadaannya.

"Iya, bu...!" Sedikit tergopoh, aku memasuki ruangannya yang pintunya tepat berada di belakang ku.

Gimana meetingnya?! Pak Salman acc nggak bu?!"

"Nanti malam, kamu makan malam sama dia, saya udah konfirmasikan ke sekretarisnya."

Mulai deh nyonya medusa memanfaatkan Cinderella tak berdaya ini. Aku mendengus kecil, ngomel dalam hati betapa semena-menanya Bu boss ini.

"Harus saya ya bu boss?!" Sumpah ya, Pak Salman itu tua bangka yang minta dibacain Yasin, biar genitnya tobat sekalian.

"Bella, saya nggak mungkin nyuruh si Angel ini berlisat lidah sama pak salman."

Tunjuk Bu Boss pada Angel yang mejanya berhadapan dengan mejaku. "Yang ada pak salman malah salah fokus sama dia. Saya mau kamu yang selesaikan ini, Bella."

Imbuhnya final, tanpa lagi sudi mempertimbangkan keluhanku.

Selebihnya boss kejamku itu mendelik, sebelum kembali memasuki ruangannya yang mewah dan elegan hasil karya desain interior kenamaan.

Oh my, dinner sama si bangkot Salman. Istrinya udah empat tapi masih saja mata keranjang. Kalau ketemu aku, mata jelalatannya pasti mengarah ke kakiku. Liat aja tuh tua bangka, entar malem bakalan aku jujuin pake sambel tuh mata. Umpat ku tak takut dosa.

"Bawa juga proposal persetujuannya. Pastikan dia tanda tangan nanti malam. Jangan lepasin dia kalau dia mulai alasan lagi buat nolak kerjasama ini!".

Timpalnya lagi setelah kembali membuka pintu ruangannya. Aku memutar bola mata jengah, pada kelakuan Bu boss yang terlalu sering membuatku sakit kepala.

"Bella...saya liat kamu!" Jerit nyonya medusa lagi. Suer, aku sampai melempar apapun yang ku pegang sebagai reaksi kaget karena teriakannya yang memekakkan telinga.

Ring........ring....... Shit!!! Kaget lagi aku kan!

"Hallo....!!!" Bentakku kesal, tak peduli Bu boss tengah melotot padaku.

"Sopan kenapa, Bella! mana mama?"

Cih!! Anak mama, mau ngapain. Bosan kali dia main email, bisa juga pakai telpon nih. Batinku mengejek.

"Bu, ini pak Zach..." Ku usahakan memerkan senyum termanis ku sebagai bentuk sikap profesional, khusus buat bu boss yang suka ngasih oleh-oleh saat pulang dari luar negeri ini.

"Iya sayang, gula darah mama udah turun kok!" Bu Anisa berubah mode dari serigala berbulu beruang, jadi kelinci berbulu angsa.

"......"

"Hp mama mode silent, maafkan mama membuatmu khawatir." Jawabnya pada pertanyaan Zach yang bisa ku terka.

"......"

"Kapan ngunjungi mama kamu?"

"...."

"Si Bella emang cerewet." Katanya sebelum mengakhiri sambungannya, tak lupa lirikan tajamnya yang ku rasa cukup menggores hatiku yang selembut jelly dan selemah agar-agar.

Kok jadi bawa-bawa namaku?Aku manyun dan si Angel memandang ilfeel kearahku.

Shittt! Anak sama emak sama-sama kurang gizi tuch mereka. Ngatain aku seenaknya, padahal tanpaku apalah mereka berdua ini. Ya Tuhan, nyebut.... Ku elus dadaku sendiri sambil menguatkan hati, sabar Bell gajinya gede.

Betewe, si Angel ini adalah sekretaris bahenolnya Bu Anisa. Bodynya udah kaya gitar spanyol yang aduhai. Dia nobatin diri jadi cewek tersexy segedung ini. Secara dadanya punya ukuran wah. perut rata jauh dari lemak dan bokongnya luar biasa empuk, dijamin bisa gantiin springbedmu. Cuma dia rada sinis sama aku, katanya "kok mbak Bella lebih cantik sih?" dan Mimik mukanya itu loh, kelewat menyebalkan pas dia bilang gitu. Aku mendengus dan say "no comen" who care.

"Ini hape kamu, yang sopan kalo ngomong sama Zach. Dia itu bakalan jadi pengganti saya. Yang artinya bakalan jadi the next your boss!" Bu Anisa mengingatkan. Batinku protes, toh masih setahun atau dua tahun lagi kalau Zach-nya mau.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height