+ Add to Library
+ Add to Library

C24 24

Zachy bersandar di depan pintu unitku, langkahku tak surut untuk membuka pintu dan berniat langsung menutupnya. Sayangnya itu tidak mungkin aku lakukan karena tubuh tinggi besarnya benar-benar menghalangi pintu.

"Please, aku capek. Kalau ada masalah yang berhubungan dengan kantor, besok saja kita selesaikan di kantor. Aku ingin segera tidur jadi tolong pergilah mas, ini sudah larut."

Nara benar-benar tidak mau ditinggalkan. Aku menunggu dia tertidur di kamarnya, di apartemen Ryu baru bisa pulang. Ryu menceritakan kalau ibu kandungnya Nara meninggal dalam proses persalinan.

Kesalahan satu malam melahirkan Nara, sayangnya ibunya Nara tak pernah memberi tahu Ryu soal kehamilannya. Seorang dokter yang menemukan kartu nama Ryu dalam dompet ibunya Nara mengabari. Diperkuat dengan hasil tes DNA yang dilakukan Ryu demi agar Nara bisa mendapatkan pengakuan keluarganya. Jadi, aku paham kalau Nara hanya bisa memandangi foto saja apabila merindukan ibunya.

Ryu memang bilang, foto-foto yang Ryu punya diambil dari sisi tertentu, menyebabkan sekilas saja mirip denganku. Aslinya ibunya Nara adalah wanita lugu sederhana yang tidak berdandan seperti aku. Jadi bisa dipastikan ibunya Nara memang sangat cantik, karena aku bisa disebut sangat cantik kalau disiplin skin care dan dompet care.

"Kenapa?"

Pertanyaan singkat dari bibir merah pria itu membuat dahiku mengernyit halus.

"Apa mas?" Tanyaku bingung.

"Kenapa kamu memilih pria tua itu?" Tuntunya, tubuh tinggi besarnya tak lagi bersandar, lengannya menarikku mendekat, melingkari tubuhku posesif.

"Aku menyukainya" jawabku berani, walau posisi ini tak nyaman. Mau tak mau aku ingin melepaskan diri. Tapi Zach dengan tenaganya membuatku merasa bodoh dengan perlawanan kecilku yang jelas tidak ada arti bagi dirinya.

"Lalu bagaimana denganku, Bella?" Mata Zachy menatap bagai elang, tajam dan kuat. Dan aku tak mau kalah. Mendongak balik memandang tepat di irisnya. Mengirimkan sinyal bahwa aku tak terintimidasi sama sekali.

"Aku tidak menyukaimu, mas." Jawabku dingin.

"Bohong!" Tampiknya bernada rendah membuatku membelalakkan mata. Namun dalam sekejap aku berhasil menguasai diri. Aku tak mau dia tahu bagaimana sesungguhnya perasaanku padanya.

"Aku menyukai pria yang bisa menghargaiku, dan tentu saja tidak brengsek." Aku masih berusaha melepaskan diri dari kungkungan lengan kokoh Zachy.

"Kamu pikir aku brengsek, bahkan setelah aku berniat menikahi dirimu, Bella sayang?" Ungkapnya tak habis pikir.

"Mas, kenapa aku merasa kamu tidak benar-benar menginginkan aku kecuali hanya ingin membawaku ke tempat tidur. Maaf, aku bukan budak seks." Jawabku tanpa ekspresi, kemudian sekuat yang aku bisa aku mendorong dadanya dan menarik diriku.

Segera ku buka pintu, memasukkan sandi dengan cepat, berharap Zachy tak membacanya.

"Bella, kamu tidak bisa begini." Dia meraih bahuku agar kembali menghadapnya. Ku hembuskan nafas lelah.

"Kenapa aku tidak bisa, mas?" Lemah aku menjawabnya, memijit pangkal hidungku berharap ini akan segera berakhir.

"Aku berhak menentukan apa yang ku inginkan." Imbuhku ingin di mengerti.

"Aku sangat yakin, kamu bahkan merasakan perasaan yang sama denganku."

'Percaya diri sekali anda' ingin aku mengolok begitu padanya. Tapi aku tak kehabisan kata.

"Sayangnya iya, aku juga tengah menyukai seseorang, pria Jepang dengan bonus gadis kecil di sisinya. Sama seperti kamu yang menjalin hubungan dengan si Rika-Rika itu. Bukankah perasaan kita sama, sama-sama menyukai seseorang?"

Zach terkekeh tanpa humor, "aku tidak memiliki hubungan apapun selain pertemanan saja dengan Rika, kalau kamu mau tahu, Bella." Kekehnya, raut tidak sabar menguasai wajah tampannya.

"Rika menyebut kamu boyfriend, kalau kamu lupa mas!" dikira aku tuli apa. Cih, sudah jelas-jelas begitu, masih berkilah.

"Dia suka sekali menyebutku begitu, tapi aku benar-benar tidak memiliki hubungan apapun dengannya, Bell. Kamu bahkan bisa bertanya padanya."

Terus saja berbohong, aku tak akan semudah itu luluh. Aku tidak se-pemberani itu untuk menjalin hubungan dengan pria sejuta wanita dan latar belakang ibu yang perfeksionis.

"Aku yakin, banyak sekali Rika Rika yang lain di luar sana, aku tidak sanggup mas, kalau hanya menjadi tempat singgahmu." Lagi pula kamu tidak tahu ibumu akan setuju begitu saja, aku yang paling tahu bagaimana dia.

"Bella, percayalah. Aku serius denganmu. Aku akan menjadikan kamu satu-satunya andai kamu mau menghabiskan sisa hidupmu denganku." Zach memohon dengan matanya, bahkan meletakkan satu tanganku di dadanya.

"Rasakan ini Bella, dadaku berdetak begini hanya saat bersamamu." Katanya dengan air muka penuh permohonan. Tersirat lelah di wajah Zachy, setelan yang dia kenakan juga masihlah setelah yang sama dengan yang tadi pagi. Jantungnya yang berada di bawah telapakku berdetak tak beraturan, matanya memandang lurus dan dalam. Kemudian mata gelap itu beralih turun ke bibirku hanya untuk kembali ke mataku.

"Maaf mas" aku takut memulai denganmu. Takut ditinggalkan saat kamu bosan. Takut kecewa dan sakit hati yang tak mungkin ku tanggung sendiri apabila kamu memilih pergi.

"Bella..." Ucapnya serak berbahaya, matanya berkilat dengan gairah. Itu terlihat dari caranya menatap menginginkan padaku. Semburat merah terasa merambat dari leher ke pipiku. Bahkan suhu pada kulit Zachy terasa memanas.

"Katakan apa yang membuatmu tiba-tiba menolakku?"

"Aku..."

Belum selesai melanjutkan ucapanku, Zachy menciumku, sontak aku terperangah. Mencoba menghindar dan menolak, tapi pria itu dengan cara yang membuatku mabuk terus saja melakukan aksinya. Menatap dalam seolah tak ingin ditolak maunya.

Bibirnya mencecap kuat, sesekali menjilat mempermainkan. Membuai agar mulutku terbuka. Dan benar saj, saat ada celah diantara dua bibirku, Zachy menyusupkan lidahnya yang panas ke dalam mulutku, menguasai tiap gigiku, membuai lidahku, membawanya saling beradu. Aku tidak tahu sejak kapan kami telah berpindah ke dalam unitku. Dengan posisiku yang terpojok pada pintu, dengan menarik jas depan Zachy.

Mataku membelalak, tersadar apa yang kami lakukan ini salah. Jadi aku manarik kepalaku untuk berpaling dari Zachy. Sehingga bibirnya berakhir di pipiku. Nafas kami memburu, dengan posisi kami yang masih saling bersandar satu sama lain. Aku tidak tahu, kenapa ini terasa pas tapi juga terasa salah.

"Inikah yang kamu bilang tidak menyukaiku, Bella?"

Ku pejamkan mata rapat-rapat, diam-diam mengakui bahwa aku memang menyukainya. Aku sudah jatuh cinta padanya sejak aku membawanya ke nikahan mantanku. Sejak dia mengaitkan jemarinya pada jemariku yang terasa cocok. Sejak dia menyebut sayang setelah namaku. Tapi aku takut dengan kemungkinan Zachy telah memiliki wanita lain wanita di video call waktu itu, kehadiran Rika, serta reaksi mami alias Bu Anisa.

"Lupakan Ryu, kembalilah padaku sayang. Aku mohon..." Katanya mengambil daguku untuk menatap kesungguhan di matanya.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height