+ Add to Library
+ Add to Library

C30 30

Aku dan Rika duduk berhadapan di kantin rumah sakit. Masing-masing di depan kami teh berbau melati tak sedikitpun menarik perhatianku. Rika tengah memegang tanganku memohon agar saat Ryu sadar nanti aku tak perlu memperlihatkan wajah padanya.

"Aku tak paham maksudmu, Rika?"

"Aku mencintai Tuan Ryu-sama." Pengakuan gadis yang lebih muda beberapa tahun di hadapanku ini membuatku terkesima. Bukankah ku pikir dia memiliki hubungan dengan Zachy? Namun bukan aku namanya kalau tidak bisa menguasai air mukaku. Wajib bagiku bersikap tetap tenang sambil mencari tahu tujuan wanita ini.

"Rika, aku tidak tahu kenapa kamu perlu melakukan ini, memohon padaku dengan air mata begitu?" Tidak tahukan dia, walau kantin rumah sakit ini sepi pengunjung, tapi penjaga kantin dan dua orang perawat itu menatapku seperti aku ini sudah menyia-nyiakan Rika.

"Karena aku merasa tuan Ryu-sama menaruh hati padamu Bu Bella." Katanya gamblang, berbanding terbalik dengan sorot matanya yang entah kenapa terlihat begitu menusuk.

Anehnya aliran anak sungai di matanya makin menjadi. Owh aku harus bagaimana, ketika tangisan gadis ini semakin keras.

"Bukankah kamu sudah memiliki Zachy. Em, maksudku Zach Abraham, kamu berpacaran dengannya?" Selidikku tak kentara, aku hanya menggunakan nada datar.

"Aku pikir dengan membawa Zach ke rumah nenek Izumi, aku bisa memanasi Ryu-sama. Tapi siapa sangka dia menyatakan seolah kamu adalah segalanya dengan tatapan memuja itu, apalagi dengan Nara yang menyukai Bu Bella." Nenek Ryu bernama Izumi?

"Nara, lalu apa yang kamu inginkan?" Tanyaku to the points, tak mau bertele-tele. Apalagi hari beranjak malam, apabila Ryu tak kunjung bangun maka, aku kaan menjenguknya lagi besok.

"Tolong jauhi keluarga itu, Bu Bella. Lagipula aku tahu antara Bu Bella dan Zach juga memiliki hubungan yang tidak sesederhana kelihatannya." Lantang wanita itu berucap, membuatku sedikit kaget dengan perubahannya yang tiba-tiba.

"Rika, aku tidak peduli dengan apapun yang kamu pikirkan tentang aku dan Zachy ataupun Ryu. Masing-masing dari dua lelaki itu tahu aku dengan baik. Jadi Rika biarlah hubungan ini berjalan secara alami. Baik itu terus ataupun berhenti sampai di sini." Itu tidak hanya berlaku dengan Ryu, tapi dengan Zachy juga. Aku hanya ingin semua berjalan sebagaimana mana mestinya. Mengingat hatiku sendiri masih bimbang ingin berlabuh pada siapa.

"Tolong Bu Bella, bahkan aku juga rela tak bekerja di tempatmu asal Bu Bella tidak lagi merecoki perjuanganku mendapatkan Ryu-sama." Katanya, tangannya mengusap air matanya cepat. Kemudian bibir tipis itu berganti menjadi senyum menantang. Apa dia sedang berpura-pura?

"Tidak aku sangka, kamu perempuan yang sangat fokus dan ambisius, ya Rika." Aku terdiam beberapa saat, aku memang belum pernah merasakan cinta yang sedalam Rika pada Ryu yang rela melakukan segala cara. Selama ini aku hanya jatuh cinta, pacaran, putus, lalu patah hati beberapa saat.

"Baiklah, aku tidak akan menghalangi niatmu. Tapi bukan berarti aku akan menjauhi Ryu begitu saja seperti maumu. Aku punya kerjasama bisnis dengannya." Jawabku menatap tegas.

"Jujur saja kalau aku boleh berkomentar. Langkahmu mengatakan ini padaku jelas salah. Seharusnya kamu menantangku bersaing mendapatkan hati Ryu sama, bukannya dengan datang begini sembari menangis menyedihkan." Aku menyeringai, melihat ekspresi kaget pada wajah anggun Rika. Merasa bahwa Rika sesungguhnya hanya tengah berakting di hadapanku.

"Bu Bella, anda menantang saya?"

"Siapa yang menantang siapa Rika?" Tanyaku tenang, sedikit tak habis pikir kenapa Rika justru berpikir demikian.

"Baiklah kalau begitu. Sepertinya saya perlu memperlihatkan siapa saya sesungguhnya padamu Bu Bell."

Aku mengendik tak peduli, Rika pun beranjak pergi setelah menatapku lurus dan tajam. Sementara aku memilih mengecek ponselku sembari menyesap tehku sedikit. Tidak ada kabar apapun dari Zachy. Hanya kiriman berita dari Angel mengenai Zachy yang kini yang kebetulan jadi populer gara-gara menjalin hubungan dengan model Victoria secret itu. Aku menghela nafas, menyesali diri kenapa jauh di dalam hati aku masih mengharapkan Zachy.

Aku kembali ke ruang tunggu kamar operasi. Belum ada tanda-tanda Ryu akan dipindahkan. Jadi aku memilih berpamitan pada nenek Ryu. Namun yang tak aku duga, bahkan semua orang disini juga tak akan menduganya termasuk Rika dan ibunya, nenek Ryu mengatakan agar aku membawa Nara ke tempatku.

"Tapi Nek, di sini aku hanya orang lain bagaimana bisa..." Aku tak melanjutkan kalimatku, memandang pada nenek Ryu yang arah matanya tak berpindah dari pintu kamar operasi.

"Nara pasti sedih apabila tahu papanya dalam kondisi seperti ini." Aku mengernyit apa ada yang aku lewatkan?

"Dokter bilang Ryu koma, sebentar lagi akan dipindahkan ke ICU."

Apa? Koma?

"Dia terlalu banyak kehilangan darah, wanita yang datang belakangan itu ibu kandungnya Nara. Tolong amankan Nara, demi Ryu. Tidak ada wanita baik-baik yang akan menusuk ayah kandung dari putrinya? Tolong aku Bella..."

"Ini..." Aku tidak bisa menemukan suaraku, tiba-tiba saja merasa speechless. Bagaimana bisa neneknya Ryu menyerahkan penjagaan Nara padaku sementara aku orang lain. Katakan aku hanya sehari dua hari mengenal keluarga ini.

"Aku tahu kamu mungkin saja keberatan, tapi selama semingguan ini dia terus saja membicarakan dirimu. Dia menyukaimu, jadi aku harap kamu bersedia, bahkan menukar apapun untuk itu. Tapi tolong, jangan katakan apapun pada Nara. Setidaknya sampai Ryu sadar dari koma." Mohon nenek Ryu dengan ketenangan yang patut diacungi jempol.

"Nenek Izumi, kenapa tidak aku saja yang menjaga Nara, lagipula Bu Bella hanya orang lain, kenapa kita musti merepotkan dirinya?" Itu suara Rika, tatapannya padaku sungguh tak ditutupi kalau dia tak menyukaiku.

"Kamu terlalu emosional, sementara Nara juga terlalu angkuh dan sombong sebagai anak kecil" nenek Izumi tak ragu memandang lurus si Rika.

Rika emosional? Nara angkuh dan sombong? Kenapa hanya aku yang tidak tahu apa-apa di sini? Aishh, tentu saja keberadanku hanya sebentar di antara mereka. Mana mungkin aku mengenali tabiat masing-masing orang hadapanku ini. Kecuali Ryu Yoshinaga yang tenang dan berkharisma itu.

Aku sih tidak masalah, Nara adalah gadis manis dan manja di hadapanku, hanya terlalu aneh saja tiba-tiba keluarga ini mendadak menyerahkan tanggung jawab sebesar ini padaku.

Kembali aku menoleh pada nenek Izumi, wanita tua itu tahu aku sedang menimbang permintaannya.

"Lagipula, pria bernama Zach Abraham itu tidak pantas kamu tunggu, terlalu banyak wanita di sekitarnya. Kamu lebih cocok dengan cucuku."

Apa neneknya Ryu tahu?

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height