+ Add to Library
+ Add to Library

C38 38

"Ayo mencoba seperti yang mama kita mau." Tak sedikitpun iris Melvin berpindah dari ku. Bibirku melengkung lama-lama melebar. Terasa geli saat situasi ini ku hadapi. Sejak awal menjemput ku ke rumah hingga beberapa detik lalu, Melvin adalah pria dengan pembawaan yang tenang. Siapa yang tahu apa yang dia pikirkan. Aku memang ingin move on dari semua yang menimpa ku, tapi tidak secepat ini juga caranya.

"Move-on dulu sayang. Setelah itu boleh sayang beneran. Kalau sekarang sayang-sayangan dulu aja, oke?" Aku mengerling centil, tidak ku pungkiri di depan Melvin yang sudah ku kenal ini, tidak sedikitpun aku merasa canggung. Setidaknya aku tumbuh bersama dengannya, walau kini pria ini seorang pendiam. Setidaknya Melvin tidak asing dan berkasta seperti Zachy. Aku tidak khawatir akan dihina-dina oleh orang tuanya.

"Aku sudah Move-on jauh sebelum hari ini, tak lama setelah wanita itu memutuskan aku."

"Pria seperti dirimu bisa diputuskan juga, ya?"

"Dia bilang tak tahan dengan kesibukan ku, dan sifatku yang seperti ini."

Pengakuan Melvin itu membuatku menoleh hanya untuk mencari kesungguhan dari ucapannya. Dan tidak ada apa-apa, cekungan itu selalu menyorot tajam. "Sifat mu kenapa?"

"Aku tidak bisa mengungkapkan perasaanku dengan gamblang seperti orang lain. Dia bilang aku dingin padanya."

Oh, itu mirip Zachy. Tapi kenapa kamu yang seperti ini tak membuatku khawatir. Sedang Zachy yang arogan itu, sikapnya sama sekali tidak bisa diprediksi walau senyumnya lebih mudah ku temukan dari pada si Melvin. Dari ke dua pria ini, mengapa lebih baik Ryu Yoshinaga kemana-mana, sayangnya aku tidak sanggup menghabiskan sisa hidupku dengan keluarga misterius banyak masalah seperti itu. Ah, apakah kali ini aku menuruti mau mama saja ya? Mencoba dengan Melvin ini.

Semua teman-teman Melvin mengira kami adalah pasangan, termasuk si pengantin yang menyalami ku dengan keingintahuan. Tapi di luar semua itu, yang paling membuatku kaget adalah saat aku turun dari mobil Melvin di depan rumah kami, Zachy berdiri tegak dengan satu tangan masuk dalam saku, memandangku lurus dan menakutkan.

"Bella, dia teman mu?"

Aku ingin bilang, dia bukan siapa-siapa, meski hanya untuk disebut teman. Tapi bibirku kelu, bahkan mataku terpaku pada matanya yang intens tak berpindah dari wajahku. Penampilan Zachy mirip orang yang tidak tidur dalam beberapa hari. Lingkaran hitam di daerah mata, rambut yang acak-acakan tapi untungnya itu terlihat basab karena pengaruh pomade, dan jambangnya yang dibiarkan tak terawat.

Apakah Katherine membiarkan saja pria itu yang mungkin butuh perhatian? Apakah mereka akhirnya sudah putus? Ah, mana mungkin secepat itu. Pertunangan bisnis yang Zach singgung tempo hari tentu tak akan berjalan singkat. Pikiranku terus berjalan tak tahu malu. Semua bayangan mengenai rencana kedekatan yang akan aku jalani dengan Melvin buyar tak berjejak. Zachy berhasil merampas semua angan dan pikiran ku mengenai orang lain.

"Kenapa ada di sini, mas?" Tergagap aku mempertanyakan keberadaannya.

"Mencari gadisku yang melarikan diri." Katanya masih tak merubah ekspresinya. Gerakan Melvin yang mendekat padaku tak membuat tatapan Zach berpindah sedikit pun dariku. Dan aku tahu dengan baik siapa yang dia sebut gadisku oleh bibirnya.

"Memangnya kenapa dia melarikan diri?"

"Mencoba berselingkuh mungkin?"

Aku mendengus kesal, tuduhan seperti itu yang membuatku tidak betah dengan mu, belum lagi apa kata ibumu nanti.

"Sepertinya kamu musti belajar ilmu sosiologi, agar bisa membedakan jenis-jenis hubungan. Tidak tahukah kamu mas, kecurigaan mu padaku dengan Ryu membuatku muak."

Kilatan mata Zachy yang sekilas memiliki emosi berupa amarah itu tertangkap mataku. "Siapa dia?" Tunjuk Zachy dengan dagunha pada Melvin yang berdiri dekat dengan ku.

"Seharusnya saya yang bertanya, siapa anda?"

"Saya kekasih Bella."

"Mantan." Tegasku meralat klaim seenaknya Zachy.

"Aku tidak bilang kita putus."

"Kita putus setelah tanpa bilang padaku melakukan pertunangan dengan Katherin."

"Kamu tahu itu cuma karena bisnis Bella. Bahkan kamu dengan Ryu, mengkhianati ku."

"Hallo, tuan Zachy Abraham. Dengan Ryu Yoshinaga aku hanya bersimpati, itu sebagai teman." Yeah, walau aku tahu sempat meragu pada perasaanku sendiri, sempat mempertimbangkan pria itu akan jadi pasangan ku. Tapi hubungan kami belum pada tahap bisa disebut mengkhianati Zach yang sudah menjanjikan aku sebuah lamaran.

"Aku bahkan tidak pernah sampai duduk dipangkuannya, berpelukan, saling menyecap bibir masing-masing dan hah... kamu pasti tahu kelanjutannya, bukankah kamu dan Kateherin begitu?"

Zachy terkekeh kecil, dan aku tahu dengan jelas tidak ada humor yang terselip di sana. "Kamu cemburu, padahal aku tidak pernah menidurinya." Ungkap Zachy tanpa memyaring bahasanya yang frontal itu, membuat pipiku sedikit bersemu. Untuk ini malam hari, pencahayaan yang kurang jelas menutupi rona ku yang timbul karena membayangkan adegan plus plus.

"Sesungguhnya yang berkhianat di sini bukan aku mas, tapi kamu. Permisi" lalu aku beralih dan melambai pada Melvin. "Sampai jumpa Vin, aku pulang."

Tidak mau tahu apa yang akan dilakukan Zach, aku menghindarinya yang seperti hendak menghadang langkah ku. Segera ku tutup pagar rumah ku, sekalian ku gembok juga. Semua gerakan terburu yang ku lakukan tak lepas dari mata Zach. Ketika kaki ku hendak berbalik dan melangkah menuju pintu, Zachy mengiterupsi. "Bella, aku mencintai kamu, dan ingin kamu jadi milikku satu-satunya. Aku tidak bisa tenang memikirkan kamu akan dimiliki orang lain."

"Aku juga jatuh cinta sama kamu mas Zach," meskipun pagar besi setinggi dada memisahkan jarak kami, aku menatapnya sungguh-sungguh. Melirik Melvin yang akhirnya memasukkan mobil ke garasinya. Aku tahu, dari kejauhan Melvin masih mengawasi kamu. Mungkin takut sesuatu yanh buruk terjadi padaku mengingat perdebatan aku dan Zachy.

"Tapi aku benci sikap kamu yang egois itu. Seminggu ini aku belajar dari banyak orang bahwa cinta saja tidak cukup jadi alasan menghabiskan sisa hidup seseorang dengan orang lain. Jadi, mari kita tidak bertemu lagi mas, perbedaan kita tidak hanya dalam status sosial, tapi dalam banyak hal lain. Aku tidak akan menyesal mengatakan ini." Sungguh aku ingin hidup tenang.

"Kamu berubah Bell, setelah bertemu Ryu." Zach menggeleng, tersirat kekecewaan dalam matanya.

"Oh tentu. Riwehnya masa lalu Ryu juga membuatku mengambil pelajaran. Hinaan Bu Anisa apalagi, jadi mari kita berjalan sendiri-sendiri mas. Tolong jangan lagi datang." Kali ini akj berhasil berbalik, tapi pertanyaan Zach berikutnya membuatku diam di tempat.

"Apa yang dikatakan mama sampai membuatmu begini, Bell? Kalau hanya selisih paham denganku kamu tak akan sampai seperti ini?"

"Aku ini hanya bunga bangkai, memalukan kalau bersanding dengan pria hebat seperti mu. Aku tahu diri mas, paham sekali tabiat Bu Anisa, aku tak akan menyia-nyiakan hidupku untuk tidak disukai ibu dari pasangan ku. Untuk apa, kalau membuatku tak bahagia?" Ku jawab tanpa perlu menoleh, aku tidak mau tampak menyedihkan di mata Zachy.

"Ayo berjuang Bell. Kita mulai dengan benar dari awal."

Ku telengkan sedikit kepala ku, takin keputusan ini adalah benar. "Maaf mas. Permisi."

"Bella, dengarkan aku."

Aku terus melangkah mencapai pintu.

"Bella... aku akan melakukan apapun yang kamu mau, berhenti Bella. Ayo bicara baik-baik seperti orang dewasa. "Zachy sedikit berteriak untuk membuatku berhenti, tapi aku tak lagi mau peduli.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height