Beautiful Submissive part II/C3 Arthur Jefferson
+ Add to Library
Beautiful Submissive part II/C3 Arthur Jefferson
+ Add to Library

C3 Arthur Jefferson

Pria berperawakan tinggi dengan tubuh gempal itu memasuki sebuah bangunan kantor, salah satu bangunan paling tinggi yang ada di kota New York itu adalah hasil karya sahabat baiknya. Setelan jas rapih dengan sepatu hitam yang mengkilap, Arthur selalu nampak gagah setiap hari, tak heran beberapa karyawan wanita yang ada disana selalu melirik Arthur meski telah bertahun-tahun lamanya mereka bekerja untuk Arthur.

"Mr. Jefferson" sapa ramah seorang resepsionis wanita, dan dibalas ramah oleh Arthur seraya tersenyum manis. Arthur sangat berwibawa didepan seluruh pegawainya, tidak seperti Ethan yang nampak konyol meski umur mereka yang tak jauh berbeda. Arthur lebih tenang dan tidak banyak bicara.

Ia menuju lift dan menekan tombol paling atas, membenarkan dasinya dan jam tangan yang ada di pergelangan tangan kanannya.

Ting...

Pintu terbuka dan kedua mata Arthur dimanjakan oleh segala kesibukan yang tersaji di sana, ia melewati beberapa orang yang ada disana seraya tersenyum ramah ketika pegawainya lagi-lagi menyapa ramah padanya. Rutinitas yang menyenangkan karena Arthur adalah seorang pria yang gila bekerja.

"Well, kau terlambat hampir setengah jam. Apa aku harus memecatmu sekarang?" Ujar pria tampan yang berdiri menunggu Arthur di depan ruangan pria itu seraya berkacak pinggang.

"Aku harus menghabiskan sarapanku Ethan. Kau tahu, Jane akan marah jika aku tidak menghabiskan sarapanku." Balasnya enteng lalu memasuki ruangan kerjanya melewati Ethan begitu saja.

"Sepertinya banyak sekali yang kau makan hingga aku harus menunggumu setengah jam" cecar Ethan membuntuti Arthur di belakangnya, semenjak Andrea memutuskan untuk berhenti bekerja, Arthur kembali memegang kendali penuh dan tentunya di bantu oleh menantunya yang tak lain adalah sahabat baiknya itu.

Yeah, kepala Arthur hampir pusing jika mengingat silsilah keluarga ini.

Arthur duduk di kursi kebesarannya, terdapat foto Putrinya yang selalu ia pajang disana. Arthur sedikit membenarkan bingkai foto yang ada di meja kerjanya, agar pandangannya tidak terganggu ketika menatap wajah cantik Putrinya itu.

Ethan duduk diseberang meja Arthur, menyilangkan kedua kaki seraya menyandarkan sebelah tangannya di meja kerja pria itu. "Malam ini aku mengadakan makan malam." Ucap Ethan.

"Untuk?" Arthur mengangkat sebelah alisnya.

"Anggap saja sebuah perayaan kecil sebelum kita pergi untuk waktu yang cukup lama, Andrea dan Jane pasti akan sangat kesepian..."

"...oh man, kau sama sekali tidak peka dengan perasaan wanita." Tambah Ethan.

"Dan kau merasa peka?" Balas Arthur.

"Yap, tentu saja. Kau tahu, aku selalu digilai banyak wanita." Kata Ethan yang begitu percaya diri seraya bersandar di kursi, meski di umurnya yang tidak muda lagi. Ethan masih bersikap layaknya pria muda yang memiliki selera humor tinggi, Arthur tidak terkejut melihatnya.

"Itu karena gaya bercintamu Ethan."

"Arthur, gaya bercinta seperti itu bagai magnet untuk semua wanita. Terutama wanita seperti Andrea...." Arthur menatap tajam kearah Ethan.

Arthur sangat sensitif ketika mendengar nama anak gadisnya itu di sebutkan, ia adalah seorang Ayah yang sangat protektif terhadap Putrinya. Meski wanita itu telah menikah dan memiliki anak sekalipun. "Baiklah, aku hanya bercanda." Ucap Ethan seraya tersenyum lebar dan beranjak dari duduknya.

"Well, aku tunggu pukul 8 malam ini Arthur. Itu permintaan Andrea.." ujarnya lalu meninggalkan ruangan Arthur.

Arthur menghembuskan nafas panjang, jika bukan permintaan Putrinya ia tidak akan hadir dalam makan malam itu dan mendengar ocehan Ethan sepanjang malam. Ia tentu akan datang meski ia bukan tipe pria yang senang berkumpul kecuali demi Andrea.

Tok.. tok...

"Masuklah Zach!" Ujar Arthur ketika sekertarisnya itu berdiri di ambang pintu ruangannya dengan membawa beberapa lembaran map dan kertas. Ruangan Arthur selalu terbuka, hingga ia tidak perlu repot-repot mengetahui siapapun yang mengunjungi ruangannya.

"Ini berkasmu Tuan..." ujar Zach menyerahkan beberapa map tersebut satu per satu.

"Baiklah Zach, terimakasih." Kata Arthur.

"Hm, Zach!" Panggil Arthur, ketika pria itu berniat meninggalkan ruangannya.

"Bisa kau lakukan sesuatu untukku? Beli perlengkapan untuk Jane karena malam ini kami akan menghadiri sebuah makan malam..." ucap Arthur.

"Apa ini resmi sir?" Tanya Zach.

"Tidak Zach, hanya makan malam keluarga. Jangan terlalu mencolok, minimalis!" Kata Arthur singkat, Zach mengangguk patuh. Keluar dari ruangan dan mencari beberapa gaun di komputernya, ia sudah tahu ukuran dari istri bosnya itu. Baginya sudah biasa mencari sesuatu untuk Jane karena Arthur selalu memberikan Jane barang-barang kejutan sedari wanita itu masih menyandang sebagai status keponakan Arthur.

.

.

.

.

.

.

Jefferson's house

Mary membuka pintu utama, seseorang mengirmkan sebuah paket dan seperti biasa itu adalah untuk Jane.

Wanita itu tengah menidurkan bayi laki-lakinya ketika Mary memasuki kamar Ben.

"Dari tuan Arthur..." kata Mary menyerahkan kotak besar kepada Jane.

"Terimakasih Mary, bisa kau jaga Ben sebentar. Aku ingin membukanya."

"Tentu madam..."

Jane keluar dari kamar Ben menuju kamarnya, meletakan kotak tersebut lalu membukanya. Ia tersenyum, lagi-lagi hadiah mewah dari Arthur. Pria itu selalu memanjakan dirinya dengan berbagai barang mewah.

Jane mengambil sebuah gaun yang tingginya selutut dengan bahu terbuka, ia menghembuskan nafas kasar. Gaunnya sudah terlalu banyak di sini dan Arthur terus memenuhi walk-in-closet dengan gaun yang hanya akan di pakai satu kali saja.

Di dalam kotak juga ada sebuah heels berwarna peach senada dengan gaunnya.

"Arthur, kau ingin membawaku kemana?" Kata Jane melihat beberapa aksesoris tak lupa di berikan oleh pria itu, Jane tahu ini adalah pilihan Zach. Tapi atas perintah Arthur, semua barang-barang itu harus lengkap tanpa terlewat satupun dari ujung kepala hingga kaki.

Jane melirik ke sebuah kertas yang terselip di sana, ia mengambil dan membukanya yang ternyata adalah sebuah kartu ucapan yang berkata bahwa Arthur akan menjemputnya tepat pukul 8 malam ini ke sebuah acara makan malam.

Jane hanya tersenyum, kemanapun Arthur akan membawanya pergi tentu saja Jane akan mengikutinya. Ia lalu mencoba gaun tersebut dan benar saja ukurannya sangat pas dengannya dengan potongan dada yang sangat rendah.

"Zach kau sangat tahu ukuranku..." puji Jane kepada sekertaris suaminya itu, Jane berdiri di depan cermin besar menatap pantulan dirinya. Mengenakan heels yang di berikan Arthur untuknya dan terlihat sangat cocok.

Pamannya itu bukan seorang pria yang pandai berbicara di depan wanita, ia sangat dingin dan juga tidak romantis seperti pria pada umumnya. Tapi Jane tahu Arthur sangat peduli dengan orang-orang yang ia cintai, meski pada awalnya hubungan ini hanya sebuah sex affair dan sama sekali tidak pernah terlintas di benak Jane untuk menikah dengan Pamannya sendiri. Hingga perasaan cinta itu hadir untuknya...

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height