+ Add to Library
+ Add to Library

C4 Dinner

Arthur menunggu di halaman depan seraya memasukan kedua tangan ke dalam saku celananya, pria itu nampak begitu tampan dengan tubuh bersarnya terbalut jas dan rambut yang di sisir dengan rapih. Ia berdiri menghadap taman yang terlihat begitu indah terkena cahaya rembulan, seketika sebuah kenangan terlintas di benaknya ketika mendiang istrinya masih hidup.

"Arthur..." suara lembut memanggilnya, Arthur berbalik badan dan melihat wanita cantik yang nampak seperti dewi yunani. Tubuh mungil itu terbalut gaun yang sangat pas di tubuhnya, dan riasan make-up minimalis itu makin menyempurnakan penampilan wanita berambut pirang itu. Jane memiringkan kepalanya, Arthur hanya diam memerhatikannya tanpa berkedip sedikitpun.

"Arthur kau ingin pergi atau hanya menatapku seperti itu?" Tanya Jane berhasil membuyarkan lamunan Arthur.

"Maaf, sepertinya aku terlalu mengagumimu." Ucap Arthur seraya melangkah maju lalu menarik tubuh mungil itu mendekat dengannya, membuat Jane mendongak agar dapat melihat wajah tampan itu. Aroma maskulin tubuh Arthur selalu menjadi candu untuk Jane, seakan Jane ingin selalu mengendus di bagian leher pria itu.

"Don't look me like that!" Kata Jane.

"Why?"

"Karena itu akan membuatku makin mencintaimu..." jawab Jane, Arthur terkekeh. Ia menyibakan helai rambut yang mengganggu pandangannya di wajah wanita itu, menangkup rahang dan pipi wanita itu lalu mengecup bibirnya dengan lembut.

Cukup lama ciuman itu berlangsung, tidak ada kekerasan seperti yang biasa mereka lakukan. Hanya kelembutan dan Jane sangat menikmati momen ini.

Suara kecupan nyaring mengakhiri sesi ciuman mereka, Jane sedikit memundurkan wajahnya meski Arthur terus ingin mengecup bibir yang selalu menjadi candunya itu.

"Aku tidak ingin kau merusak riasanku Arthur, aku telah berusaha keras untuk ini." Protes Jane.

Arthur menghembuskan nafas kasar, mengelus dagu Jane dengan jemari besarnya. "Baiklah madam, mari..." Arthur mengulurkan lengannya, Jane segera menggandeng lengan besar itu dan berjalan menuju mobil seraya menyandarkan kepada di lengan Arthur. Hidup mereka sangat bahagia apalagi semenjak kehadiran Ben di dunia ini.

.

.

.

.

.

.

"Kau mau membawaku kemana Arthur?" Tanya Jane sementara pria itu hanya tersenyum di balik setir kemudi, semenjak pernikahan Arthur lebih sering tersenyum. Tidak seperti dulu, pria itu begitu dingin dan terlihat mengerikan. Kini Arthur lebih banyak menunjukan kehangatan dan keceriaannya di tambah semenjak kelahiran Ben, pria itu sangat bahagia sekarang.

Mobil audi itu berbelok ke sebuah perumahan elit kota New York, berhenti tepat di kediaman Ethan dan Andrea. Jane sedikit terkejut, pasalnya sudah sangat lama sekali ia tidak pernah mengunjungi sepupunya Andrea. "Arthur, aku pikir kau akan mengajakku makan malam diluar." Kata Jane saat Arthur membukakan pintu mobil untuknya.

"Kenapa? Kau tidak suka?" Tanya Arthur.

"Tentu saja aku menyukainya, aku sangat merindukan Andrea." Balas Jane girang, ia kembali menggandeng lengan Arthur dan berjalan menuju pintu utama dengan wajah ceria. Disana Ethan dan Andrea telah menunggunya, kehidupan mereka terlihat sangat bahagia. Seks yang hebat, keluarga yang sangat di cintai di tambah dengan kehadiran sang buah hati. Jane sangat bersyukur hidupnya sangat tenang sekarang.

Pria tampan yang umurnya tak jauh berbeda dari Arthur itu berdiri di ambang pintu, di temani sang istri yang sangat setia di sampingnya. Wanita cantik dengan rambut pirang bergelombangnya, Ethan merangkul pinggul istrinya.

"Ethan.." sapa Arthur dan di balas pelukan hangat oleh sahabatnya itu, dua pria tampan yang umurnya sudah tidak muda lagi masih terlihat sangat bugar.

"Daddy...?" Panggilan seorang wanita cantik di belakang tubuh Ethan berhasil meluluhkan hati Arthur, Putrinya itu tersenyum lembut padanya. Arthur segera menuju kearah Andrea, "halo Princess..." sapa Arthur, Andrea langsung menghambur ke pelukan Ayahnya.

Rindu dengan tubuh tingga besar yang cukup lama tidak ia temui, "kau terlihat sangat cantik Princess... sepertinya Ethan memberimu makanan yang bergizi" puji Arthur.

Andrea memukul dada Arthur dengan gemas, lalu kembali memeluk pria itu dengan erat seolah tak ingin berpisah.

"I miss you Daddy..." kata Andrea menyembunyikan wajahnya di dada Arthur.

"I miss you too, Babygirl..." balas Arthur mengecup kepala Andrea dan mengelusnya pelan tanpa melepas pelukannya.

"Kau terlihat sangat kurus Jane, apa Arthur terlalu keras padamu?" Tanya Ethan yang melihat Jane.

"Yeah, kau tidak tahu saja." Balas Jane seraya memutar malas kedua bola matanya.

"Hey, dulu kau lebih mengagumiku dari pada Pak Tua itu" ejek Ethan bercanda.

"Hm, terserah kau saja." Kata Jane.

Jane dan Andrea terlihat girang karena telah lama tidak bertemu, wanita cantik yang memiliki warna rambut sama itu terlihat memeluk satu sama lain seraya bersenda gurau memasuki kediaman Ethan, di susul oleh Ethan dan Arthur di belakangnya.

"Kau terlihat sangat cantik Andrea!" Puji Jane.

"Kau juga Jane, tubuhmu terlihat tidak berubah semenjak kelahiran Ben." Balas Andrea merangkul Jane.

"Yeah, sepertinya badanku tidak bisa bertambah." Balas Jane, selalu seperti itu, begitu polos.

"Apa Ayahku terlalu kasar padamu saat di ranjang?" Bisik Andrea menggoda, membuat kedua pipi Jane memerah seperti tomat.

"Andrea..." protes Jane yang hanya di balas tawaan oleh Andrea.

"Aku pikir kau membawa Ben kemari" kata Ethan kepada Arthur.

"Ya, kami berniat membawanya tapi ketika sudah siap Ben sudah tertidur lelap." Jawab Arthur.

"Jadi, aku harus memanggil Ben kakak?" Tanya Ethan terkekeh.

"Hentikan Ethan, itu tidak lucu" balas Arthur dengan nada ketus.

.

.

.

.

.

.

Malam hampir larut, tapi sepertinya dua keluarga bahagia itu masih asik bersenda gurau. Terakhir kali mereka mengadakan acara makan malam seperti ini berakhir kacau karena kedua pria yang tidak pernah aku tersebut, tapi kali ini Andrea dapat merasakan kehangatan yang terjalin antara Ayahnya dan Ethan.

"Dad, kau suka makanannya?" Tanya Andrea kepada Ayahnya.

"Ya, ini semua hasil karyanya." Tambah Ethan.

"Benarkah? Daddy tidak tahu kalau Putri Daddy bisa memasak." Puji Arthur seraya mengacak rambut Andrea yang duduk di sebelahnya, berseberangan dengan Ethan yang duduk di sebelah Jane.

"Ini sangat lezat. Hm, ngomong-ngomong dimana Cassy? Daddy tidak melihatnya sedari tadi."

"Oh, dia sudah tertidur sejak Daddy tiba" kata Andrea.

"Kau memiliki pengasuh?" Tanya Arthur lagi.

"Tidak, aku yang mengurusnya sendiri" jawab Andrea.

"Shit Ethan! Apa kau mau membunuh Putriku? Dia mengurus anaknya seorang diri, dia juga yang mengurus rumah sebesar ini dan memasak untukmu. Apa kau sangat sepelit ini Ethan?!" Cecar Arthur, rasa protektif pria itu tidak pernah luntur jika perihal Putrinya Andrea.

"No Daddy... aku yang memintanya, aku ingin belajar menjadi Ibu sekaligus Istri. Lagi pula, Ethan sering membantuku di rumah ini." Kata Andrea seraya mengelus pelan tangan Ayahnya itu, Arthur menghembuskan nafas kasar sementara Jane hanya bisa terdiam jika Arthur tengah naik pitam.

"Kau sudah dewasa Andrea, Ibumu pasti sangat bangga denganmu..." ucap Arthur seraya mengelus rambut Andrea.

"Aku baik-baik saja Dad, percayalah..." balas Andrea.

"Hm, baiklah. Tapi jika Ethan menyakitimu, kau bisa pulang ke rumah Daddy... rumah itu selalu terbuka untukmu." Kata Arthur.

"Hey, apa maksudnya itu?" Protes Ethan.

Mereka lalu tertawa, seperti keluarga kecil lainnya. Selalu ada kebahagiaan setelah kesedihan, dan selalu ada pelangi setelah badai.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height