+ Add to Library
+ Add to Library

C5 Erotic Night

Arthur duduk di pinggir ranjang dengan kemeja yang telah kusut dan terbuka di bagian atasnya, itu semua karena perlakuan sang istri yang terus menggoda tubuhnya terutama bagian dada dan leher Arthur. Jane sangat menyukai bagian tersebut, menurutnya itu merupakan bagian yang sangat keras selain jemari dan lengan Arthur. Oh, ia sangat beruntung memiliki suami seperti Arthur.

Jane berdiri di hadapan Arthur, jemari besar itu membuka g-string berenda yang menghalangi pandangannya, secara perlahan Arthur menurunkan benda itu. Likuk tubuh Jane yang sangat seksi dan mulus menambahkan kesan erotis, Arthur membuang benda itu kesembarang tempat dan pada akhirnya kedua mata setajam elang itu di manjakan oleh pemandangan yang sangat indah.

Arthur menghembuskan nafas kasar, hingga deru nafas panas pria itu dapat Jane rasakan di antara kedua kakinya. Jemari berurat itu menyetuh kulit pahanya, Jane sedikit merinding karena sentuhan Arthur selalu seperti ini. Selalu berhasil membuatnya menggila meminta ingin di sentuh lagi dan lagi.

Jane sedikit mendesah, ketika brewok tipis Arthur menggelitik kulitnya di bawah sana. Ia memejamkan kedua matanya, ingin sekali Jane mengacak rambut pria itu dan memperdalam kepala Arthur di bawah sana. Tapi Arthur tidak akan mengijinkannya, Arthur malah menyuruhnya mengaitkan kedua tangannya kebelakang tubuh hingga Jane tidak dapat berbuat apapun kecuali menikmati sentuhan Arthur.

"Rasamu sungguh manis Jane..." bisik Arthur dengan suara serak lalu berdiri menjulang di hadapan Jane, Jane meneguk salivanya sendiri. Arthur benar-benar sangat bergairah malam ini, bibir seksi yang terlihat memerah itu mengecupnya di sertai dengan geraman berat, Jane hampir frustasi karena tidak dapat menyentuh tubuh keras Arthur.

"Let me touch you..." bisik Jane di sela ciuman panas Arthur, tapi Arthur malah menulikan pendengarannya dan menekan kedua pipi Jane dengan tangan besarnya. Arthur telah menelanjanginya malam ini, tapi ia sama sekali belum dapat menyentuh tubuh besar Arthur yang selalu menjadi candunya itu, karena setiap lekuk tubuh pria itu adalah kegilaan Jane.

Arthur menghempaskan kasar tubuh Jane keatas ranjang, membuat wanita itu sedikit terkejut. Jane melihat Arthur membuka kemejanya, pahatan tubuh keras itu masih terlihat sempurna meski di umurnya yang tidak muda lagi, urat-urat yang tercetak jelas di sana menunjukan bahwa pria itu selalu menjaga kebugaran tubuhnya.

Belum lagi wajah tampan yang di miliki Arthur menjadi nilai tambah atas kesempurnaan yang di milikinya, Arthur ibarat seorang Dewa Yunani yang sangat sempurna. Setiap inci tubuhnya, setiap deru nafas panasnya, setiap tatapan tajamnya mampu meluluhkan semua wanita, dan tentunya dengan kejantanannya yang berukuran besar.

Well, Jane adalah keponakan yang sangat beruntung memiliki Arthur...

"Apa aku harus mengikatmu Jane agar kau mengikuti perkataanku?" Tanya Arthur, Jane hanya ingin menyentuh tubuh keras itu. Namun Jane tetaplah Jane, wanita cantik itu selalu memiliki cara melawan Arthur, atau memang Jane menyukai ketika pria itu menghukumnya. Jane memelusuri perut keras Arthur menggunakan ujung kakinya, merasakan kerasnya tubuh kecoklatan itu.

"I want you, Uncle..." ucap Jane dengan erotis seraya menggigit bibir bawahnya menatap manja kearah Arthur, pria itu menggeram.

"Kau akan membuatku menggila Jane, memanggilku dengan sebutan itu." Ucap Arthur, yang di maksud pria itu ketika Jane menyebutkan kata 'Uncle', apalagi ketika wanita itu menggunakan nada manja.

"I want my Uncle..." tambah Jane, sepertinya Jane sangat senang menggoda Arthur.

"I will show you little one, how your Uncle rock your body..." ujar Arthur, ia tidak suka di tantang seperti itu. Itu akan makin membuat Arthur menggila dan menghancurkan tubuh Jane, walaupun kelihatannya memang itulah permintaan Jane.

Arthur membuka ikat pinggangnya, Jane sedikit ngeri ketika mengingat memorinya bersama Arthur dengan ikat pinggang itu. Tapi Jane penasaran ingin kembali merasakannya, "berbalik Jane!" Titah Arthur, dan lagi-lagi kali ini Jane kembali menjadi gadis yang penurut hanya demi kenikmatan yang di berikan oleh Arthur.

Plak!

Aarrghhhh...

Jane menjerit keras, rasa perih dan panas menjalar ke tubuhnya saat Arthur menampar bokongnya dengan keras.

"Arthur, it's hurt..." pekik Jane, ia hampir beranjak dari ranjang namun Arthur menahan tubuhnya dan kembali terlungkup di sana. Arthur mengikat kedua tangan Jane agar gadis itu tidak dapat bergerak banyak, sisi gelap pria itu kembali hadir ketika Jane memanggilnya dengan sebutan 'uncle'.

Tentu saja Jane tidak dapat melawan tubuh besar Arthur, meskipun dirinya berontak sekalipun Arthur tidak akan membiarkan Jane turun dari ranjangnya barang sejengkal saja. Jemari Arthur menekan pinggul Jane, sesekali menampar bokong kenyal tersebut dan meremasnya, membuat kemerahan tercetak jelas disana.

Jane terpekik secara tiba-tiba, milik Arthur menyeruak miliknya dari belakang. Tanpa ada aba-aba atau sekedar berbasa-basi Arthur menerobos miliknya begitu saja, perih dan panas bercampur menjadi satu di bawah sana. Dahi Jane berkerut karena menahan sakit di antara selangkangannya itu, belum lagi gesekan Arthur dengan tempo yang sangat cepat itu berhasil membuat dirinya kewalahan.

"You want me Little one?" Bisik Arthur di telinga Jane seraya menggigitnya, Jane hanya terdiam, meraskan sakit sekaligus nikmat yang tak tertahankan dan segera meledak dari dalam tubuhnya.

"Answer me!" Bentak Arthur menjambak rambut Jane sehingga gadis itu mendongak.

"Y-yes Uncle..." jawab Jane tergagap, wajahnya dipenuhi oleh peluh yang mengalir hingga leher dan dadanya. Sementara Arthur terus menghentak dirinya dengan brutal tapi Jane malah menyukainya, "you like it hurts, Little one?" Tanya Arthur, kejantanan besar itu terus menghentak rahimnya dengan tempo yang cepat.

"Yes Uncle... harder..." jawab Jane.

"With my pleasure..." kata Arthur.

Jane menjerit dengan keras, tubuhnya bergetar dengan hebat. Arthur yang melihatnya semakin bersemangat mempercepat temponya, mengerti jika wanita itu hampir mencapai klimaksnya.

"Ooh Arthur..." Pada akhirnya, Jane sampai pada titik dimana tubuhnya mencapai rasa nikmatnya seraya meneriakan nama pria itu.

Arthur membalikan tubuh Jane menghadap kepadanya, wanita itu terlihat lemas dan deru nafasnya yang tidak teratur. Arthur menyunggingkan senyum, hampir saja ia menghancurkan tubuh mungil Jane dengan kebrutalan dirinya. Itulah Arthur, gaya bercinta pria itu yang terlalu kasar terkadang membuatnya kehilangan kendali. Terutama semenjak mengenal Jane, Arthur harus mengerahkan semua tenaganya demi menyalurkan kegilaannya tersebut kepada keponakannya sendiri itu.

Arthur kembali menyatukan diri dengan Jane, terlihat wajah wanita itu masih menahan sakit. Arthur membuka ikatan di pergelangan tangan Jane, lalu mengarahkan kedua tangan Jane agar memeluk pundaknya akhirnya mengijinkan wanita itu menyentuh tubuhnya.

Kedua mata Jane masih tertutup lemah setelah pelepasannya, Arthur mengecup kedua matanya dengan sayang tanpa menghentikan gerakannya. "I love you, Jane..." bisik Arthur.

Jane membuka kedua matanya, melihat wajah tampan Arthur yang begitu dekat dengan kedua tangannya merangkul pundak Arthur.

"I love you too, Uncle..." balas Jane seraya tersenyum manis.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height