+ Add to Library
+ Add to Library

C6 My Arthur

Dari kejauhan Jane melihat Arthur yang tengah menggedong Ben di pelataran rumah, pria itu terlihat sangat bahagia dengan terus mengajak Ben berbicara meski balita itu belum mengerti. Sepertinya Arthur tidak sabar menunggu Benjamin tumbuh menjadi seorang pria, Jane yakin Ben akan tumbuh persis seperti Arthur, berwibawa dan juga bijaksana seperti Ayahnya.

Jane tengah menyiapkan makan siang di depan rumah, tepatnya di taman yang di penuhi oleh mawar merah hasil kerja keras Jane selama ini. Karena ia menyukai mawar merah, hanya ada bunga tersebut yang memenuhi pelataran rumahnya. Mengenakan dress terusan yang lebar di bagian bawahnya, Jane yang dulu di kenal dengan gadis yang sangat modis kini menjelma menjadi wanita dewasa.

"Makan siang sudah siap..." ujar Jane dari kejauhan memanggil Arthur dan juga Ben, meski ia tahu balita mungil itu belum mengerti perkataannya. Arthur datang mendekap Ben di gendongannya, seketika Jane terpana. Warna mata dan wajah dua orang itu terlihat sama persis, hanya warna rambut yang pirang seperti Jane.

Arthur duduk di meja makan tanpa masih menggendong Ben, di ikuti oleh Jane yang duduk di seberangnya. "Kau masih terlihat cocok menggendong anak kecil, padahal kau sudah memiliki cucu." Kata Jane seraya menatap Arthur jahil, pria itu hanya tersenyum, senyum yang sangat Jane sukai yang hampir tak pernah ia tunjukan dulu.

"Terakhir aku menggendong seorang bayi yaitu ketika Andrea masih bayi, hanya itu..." kata Arthur menjelaskan.

"Hm... kau terlihat seperti Hot Daddy..." ujar Jane, di umur pria yang sudah tidak muda lagi itu, Arthur masih terlihat sangat tampan dan bugar. Tak heran banyak wanita yang selalu meliriknya dimanapun.

"Kau pikir begitu? Yang kupedulikan hanya anakku, ia akan tumbuh seperti Ayahnya...."

"Hm, benar seperti Ayahnya. Tapi, urusan cinta dan seks aku harap tidak." Potong Jane, membuat Arthur menatapnya tajam.

"Tapi kau menyukainya..." balas Arthur tak mau kalah, Jane hanya tersenyum tak ingin membenarkan pernyataan tersebut.

Jane menyiapkan makan siang untuk Arthur tanpa menghilangkan senyumannya, makan siang di luar rumah seperti ini adalah suasana yang baru bagi Jane. Kesibukan di dunia modeling dan Arthur yang seorang pekerja keras membuat mereka berdua sangat sulit untuk memiliki momen seperti ini, seketika membuat Jane teringat akan sesuatu...

"Hm... besok kau akan pergi" ujar Jane memecah keheningan setelah beberapa menit mereka menyantap makanan.

"Aku hanya pergi satu bulan Jane, jika cepat selesai aku dan Ethan akan segera kembali..." balas Arthur, ia tahu istrinya itu tidak bisa jauh darinya. Terlihat jelas dari raut wajah cantik itu yang seakan tak rela dirinya berpergian jauh.

Arthur menyunggingkan senyum, menaruh Ben ke dalam kereta bayinya dan memberi pria kecil itu mainan favoritnya. Arthur kembali ke wajah murung Jane yang sedari tadi hanya mengacak-acak makanannya, wanita itu sudah dewasa, bahkan telah menjadi seorang Ibu. Tapi wanita tetaplah wanita, sifat manja dari kaum hawa itu tidak dapat hilang apalagi saat berdekatan dengan pasangan mereka.

"Really? Apa aku harus membelikanmu lollipop seperti saat kau masih kecil dulu?" Goda Arthur mengingat ketika dirinya merawat Jane saat keponakannya itu masih sangat kecil.

"Arthur..." protes Jane, Arthur hanya terkekeh lalu mengelus punggung jemari wanita itu di atas meja.

"Kau bisa mengunjungi Andrea, dan berkunjung ke studio pemotretanmu jika kau mau..."

"...tapi aku tidak ingin kau bertemu dengan produser itu" singgung Arthur, tentu saja ia tidak akan melupakan masa lalu ketika pria itu membawa Jane ke apartemennya.

"Arthur itu hanya masa lalu." Balas Jane.

"Masa lalu bisa saja terulang Jane, bahkan lebih buruk." Kata Arthur ketus.

"Hm, baiklah..." jawab wanita itu pasrah.

"Apa nanti kau akan mengunjungi Ibuku saat di London?" Tanya Jane.

"Entahlah Jane, aku pikir Eliz masih marah padaku..." jawab Arthur, Jane membenarkan hal tersebut. Ibunya itu tidak pernah mengangkat telponnya lagi semenjak dirinya memutuskan menikah dengan Arthur.

"Tapi bagaimanapun juga, aku akan mengunjunginya walaupun ia akan mengusirku seperti yang ia lakukan terakhir aku kesana..." tambah Arthur, Jane bisa sedikit bernafas lega. Menurut Arthur, Elizabeth juga adiknya. Meski adik tiri setidaknya Arthur tidak ingin hubungan dengan keluarganya renggang, Arthur ingin menyudahi semua drama, membuat tali kekeluargaan dan memiliki hidup yang bahagia.

Mengesampingkan kenyataan bahwa seluruh keluarganya termasuk Eliz adalah pelaku di balik kematian Samantha, mendiang istrinya.

"Aku senang kau berpikir seperti itu Arthur, aku pikir setelah menikah kau akan lebih kejam. Tapi sekarang aku mengerti, dulu kau hanya kesepian dan masih dalam keadaan berduka semenjak meninggalnya Aunty Sam..." kata Jane tersenyum kearah Arthur.

"Well, dia wanita yang kuat..." balas Arthur, wajah pria itu mengisyaratkan kesedihan. Ia tidak dapat melanjutkan kalimatnya lagi karena itu akan menambah kesedihannya.

"Aku ingin menjadi seperti Aunty Sam..." balas Jane menghibur Arthur, Arthur sedikit tertawa.

"Dia lebih mirip dengan Andrea. Tutur kata, gaya bahasa dan ucapan ketus yang sering keluar dari bibir manisnya persis seperti Sam. Andrea memiliki semua yang di miliki Ibunya, rambut pirang bergelombang itu, wajah cantik dengan tatapan tajam." Kata Arthur bercerita panjang lebar.

"Yeah, tak heran jika Andrea dapat menaklukan Ethan." Balas Jane.

"Awal pertemuan, aku sangat khawatir jika Ethan akan menghancurkan Andrea... mungkin memang itu tujuan Ethan, namun akhirnya itu menjadi bumerang untuk Ethan. Ia tergila-gila pada Andrea..." kata Arthur sambil sedikit tertawa mengingat masa lalu.

"Itu juga yang kau lakukan dulu padaku..." singgung Jane, Arthur menggeleng.

"Aku tidak seperti Ethan, Jane... karena dari awal bertemu kembali denganmu di London aku sudah mencintaimu..."

Deg-

Jantung Jane terasa hampir copot dari tempatnya, dunianya seakan berhenti berputar dan terfokus pada pria yang duduk di hadapannya itu karena ucapannya barusan.

Arthur adalah pribadi yang sangat dingin, bibir seksi itu tidak akan banyak terbuka jika bukan karena ada sesuatu yang penting atau sekedar berciuman.

Tapi beberapa tahun terakhir, sepertinya Jane mampu meluluhkan kepribadian Arthur yang sangat keras itu. Terbukti hari ini pria itu bercerita panjang lebar sambil merayunya dan ya itu berhasil membuat wajahnya menjadi semerah tomat.

"Aku tidak merayumu jika itu yang ada di dalam pikiranmu, aku berkata jujur..." tambahnya lagi, Jane lalu menunduk malu. Bertahun-tahun hidup bersama Jane tidak pernah sebahagia ini.

Dari kejauhan keluarga kecil itu terlihat sangat bahagia, bersenda gurau di bawah pohon yang sangat rindang di temani dengan seorang balita mungil di sana.

Tanpa sadar ada seorang pria mengenakan motor sport melihatnya dari kejauhan, pria dengan rambut gondrong dan keriting yang terikat kebelakang terus memerhatikan mereka dari kejauhan.

Report
Share
Comments
|
Setting
Background
Font
18
Nunito
Merriweather
Libre Baskerville
Gentium Book Basic
Roboto
Rubik
Nunito
Page with
1000
Line-Height